TEMPO.CO, Palembang - PT. Pertamina menjaga pasokan Bahan Bakar Minyak (BBM) aman utamanya di jalur lintas mudik mulai dari Lampung, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Jambi hingga Bengkulu. Pertamina memastikan pasokan di depo mencukupi untuk keperluan ribuan pemudik.
Hanya saja Pertamina khawatir distribusi BBM terkendala oleh infrastruktur jalan yang sempit, rawan longsor hingga jalan tergerus ombak laut.
“Tantangan terbesar pada jalur distribusi karena tidak semua infrastruktur jalan dalam kondisi prima,” kata M. Roby Hervindo, Manajer Humas PT. Pertamina Marketing Operation Region (MOR) 2 Sumatera Bagian Selatan kepada Tempo, Selasa 6 Juni 2017.
Baca: Menjelang Lebaran Pertamina Imbau Masyarakat Stok Elpiji
Ia mencontohkan pada infrastruktur jalan pada jalur distribusi dari kota Bengkulu menuju Bengkulu Utara hingga ke Muko-Muko yang bergerak hingga ke perbatasan dengan provinsi Sumatera Barat. Di wilayah tersebut terdapat jalan yang tergerus oleh arus laut.
Kendala hampir sama juga terjadi di kota Pagar Alam, Sumsel. Pagar Alam merupakan daerah pegunungan yang memiliki jalan sempit serta rawan longsor. Di wilayah tersebut merupakan jalur penghubung kendaraan dari Lahat hingga Kepahyang, provinsi Bengkulu. “Kondisi cuaca juga jadi tantangan untuk distribusi melalui sungai,” ujar dia.
Simak: Pertamina: Isi Penuh Tangki Kendaraan Sebelum Mudik!
General Menejer MOR 2 Pertamina, Erwin Hiswanto memprediksi pada musim mudik tahun ini bakal terjadi peningkatan konsumsi BBM (produk subsidi dan non-subsidi) sebesar 5,4 persen. Karena itu PT. Pertamina menyiapkan tambahan pasokan sebesar 10 persen. Selain itu ia juga menyiapkan tim Satuan Penugasan (Satgas) yang bertugas H-15 hingga H+7.
Satgas dibentuk untuk memastikan kondisi pasokan dan distribusi BBM serta LPG aman. Disamping itu, Pertamina menyiapkan langkah penambahan mobil tanki sebanyak 21 Unit dengan total tonase 300 KL.
Khusus di wilayah Sumatera Selatan, pada kondisi normal atau jauh dari musim pulang kampung, konsumsi rata-rata premium sebesar 30.000 KL perbulan. Data yang juga diambil pada bulan Januari-April, memperlihatkan kebutuhan pertalite mencapai 31.000 KL/bulan dan pertamax 4.900 KL/bulan.
PARLIZA HENDRAWAN