TEMPO.CO, Jakarta - Fluktuasi harga internasional mempengaruhi penetapan harga patokan ekspor (HPE) produk pertambangan, yang dikenakan bea keluar (BK).
Kementerian Perdagangan mengumumkan HPE rata-rata produk pertambangan periode Juni 2017 turun dibanding bulan sebelumnya. "Penetapan HPE periode Juni sudah memperhatikan berbagai masukan tertulis dan koordinasi dari berbagai instansi terkait," kata Oke Nurwan, Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan, seperti dikutip Koran Tempo edisi Senin, 5 Juni 2017.
Simak: Ekspor Konsentrat, Dirjen Minerba: Perusahan Akan Menderita
Data dari situs Kementerian Perdagangan pada Jumat lalu menyebutkan HPE konsentrat tembaga (Cu ≥ 15 persen) periode Juni mencapai US$ 1.955,17 per wet metric tonne (WMT) atau turun 2 persen dari Mei. HPE konsentrat besi (Fe ≥ 62 persen) tercatat US$ 62,54 per WMT atau turun 18,59 persen. Adapun HPE konsentrat besi laterit dan konsentrat pasir besi masing-masing turun 18,59 persen atau menjadi US$ 31,96 per WMT dan US$ 37,34 per WMT.
Produk yang juga mengalami penurunan HPE adalah konsentrat timbal dengan harga rata-rata US$ 891,78 per WMT (turun 6,68 persen), konsentrat seng US$ 673,98 per WMT (turun 9,07 persen), nikel rata-rata US$ 13,35 per WMT (turun 6,83 persen), dan bauksit rata-rata US$ 34,45 per WMT (turun 0,54 persen). Sedangkan produk yang mengalami kenaikan HPE adalah konsentrat mangan (naik 3,08 persen), ilmenit (naik 3,71 persen), dan rutil (naik 5,72 persen).
Baca: Harga Ekspor Barang Tambang Turun
Nurwan mengatakan HPE produk pertambangan kembali menurun seiring dengan dinamika harga internasional. Perhitungan harga dasar HPE untuk konsentrat besi, besi laterit, pasir besi, mangan, ilmenit, dan rutil bersumber dari Asian Metal. Sedangkan harga konsentrat tembaga, pellet konsentrat pasir besi, konsentrat timbal, konsentrat seng, nikel, dan bauksit berpatokan pada data London Metal Exchange (LME).
Dalam hasil kajiannya, analis dari First Asia Capital, David Sutyanto, juga mengatakan harga komoditas, termasuk mineral dan batu bara, masih mengalami bearish atau penurunan. Dengan kondisi ini, kata dia, pergerakan harga saham emiten di sektor komoditas masih menghadapi tantangan. "Kondisi ini terjadi di tengah tren pasar yang bullish (bergairah)," katanya.
FERY FIRMANSYAH | VINDRY FLORENTIN