Rencana meremajakan pabrik-pabrik gula BUMN sudah muncul sejak 2015. Pabrik-pabrik gula milik negara sudah terlalu tua. “Sebanyak 74 persen pabrik gula milik BUMN itu umurnya di atas satu abad,” kata Cholidi. Itu adalah pabrik-pabrik peninggalan kolonial Belanda. Dampaknya, produksi tidak efisien. Biaya pokok produksi gula di PG Jatiroto misalnya, mencapai Rp 7.700 per kilogram. “Kalau kapasitas di atas 10 ribu TCD, harga pokoknya bisa di bawah Rp 5.000 per kilogram.”
Baca: Produsen Gula Premium Bersedia Pulihkan Pasokan Pasar Modern
Total ada 54 pabrik gula milik PTPN, Bulog, dan PT Rajawali Nusantara Indonesia, 46 ada di Jawa. Dan empat di antaranya sudah on-off, kadang berproduksi, seringnya mati. “Kami konsentrasi membenahi yang masih jalan,” kata Deputi Bidang Usaha Industri Agro dan Farmasi Kementerian BUMN Wahyu Kuncoro di kantornya, Jakarta, Selasa pekan lalu.
Tapi biaya membenahi pabrik-pabrik gula BUMN tidak murah, mencapai Rp 13,61 triliun. Selain Jatiroto, revitilasisai pabrik gula yang sudah dimulai adalah pabrik Asembagus, juga dibawah PTPN XI. Peremajaan Asembagus menyerap duit hingga Rp 720 miliar. Itu untuk menaikkan kapasitas giling pabrik dari 3.000 ton tebu per hari menjadi dua kali lipat.
Baca: Ekspor Gula Kelapa Indonesia Laris di Inggris
Tidak hanya meremajakan pabrik, pabrik dengan kapasitas kecil akan dilikuidasi. Kementerian sudah memutuskan, hanya ada satu pabrik dalam radius 100 kilometer. Saat ini ada 15 pabrik gula di Jawa saling berdekatan, tidak lebih dari 25 kilometer.
Pabrik yang kapasitas gilingnya di bawah 4.000 ton per hari juga akan disulap. “Bisa untuk workshop atau pengepul tebu. Pokoknya tidak giling lagi,” kata Wahyu. Sebanyak 25 persen pabrik gula negara kapasitas gilingnya kurang dari 2.000 ton tebu per hari, dan 27 persen berkapasitas 2.000-3.900 ton per hari.
Ketidakefisienan pabrik-pabrik gula BUMN menjadi salah satu pangkal defisit gula nasional. Tahun lalu, BUMN hanya sanggup memproduksi 1,2 juta ton gula. Ditambah dengan produksi 14 pabrik gula swasta berbasis tebu sebanyak 981 ribu ton, produksi nasional hanya 2,2 juta ton.
Ada defisit 800 ribu ton yang harus diimpor untuk memenuhi kebutuhan gula konsumsi langsung sebanyak 3 juta ton per tahun. Defisit bertambah 3,2 juta ton per tahun untuk kebutuhan industri makanan dan minuman. Sebelas pabrik gula rafinasi mengandalkan pasokan impor untuk memasok kebutuhan gula buat industri.
Selain perkara pabrik gula, pasokan tebu juga terbatas. “Pabrik gula milik BUMN, tapi tebu milik petani. Ini masalah yang tidak pernah berakhir,” kata Cholidi. Ini memicu pabrik gula berebut tebu.
Benih Baru yang Mahal