TEMPO.CO, Jakarta - PT Pertamina EP, anak usaha PT Pertamina (Persero) di sektor hulu migas, membukukan laba bersih sebesar USD 192 juta atau setara Rp 2,55 triliun (kurs Rp13.300) hingga akhir April 2017.
Baca: Pertamina EP Tambah Cadangan Produksi Migas 78 ...
"Realisasi tersebut sekitar 32 persen dari target laba bersih sepanjang 2017 sebesar USD 596 juta. Kalau produksi tidak naik, kita harus makin giat efisiensi agar profit tetap bagus," ujar Direktur Utama Pertamina EP, Nanang Abdul Manaf di Jakarta, Sabtu 3 Junin 2017.
Menurut Nanang, sebagai upaya efisiensi, biaya-biaya yang tidak langsung berhubungan dengan produksi dievaluasi. Dari sisi operasional efisiensi juga dilakukan, salah satunya dengan melakukan renegosiasi kontrak dengan perusahaan jasa migas.
"Kami MElakukan renegosiasi, biar sama-sama bangkit dari kondisi saat ini. Kegiatan itu ke depan akan terus dilakukan, biar profit terjaga karena produksi belum tercapai," kata Nanang.
Hingga 29 Mei 2017, produksi minyak Pertamina EP mencapai 85 ribu barel per hari atau sekitar 94 persen dari target dan gas 969 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) atau 93 persen dari target sebesar 1.041 MMSCFD.
Realisasi tersebut hampir mencapai target yang sudah dicanangkan. Namun hasil beberapa pemboran di akhir 2016 belum menunjukkan hasil seperti proyeksi di awal.
"Kami masih mempunyai banyak potensi lain untuk dikembangkan dalam rangka mencapai target produksi nasional," katanya.
Secara garis besar, kata Nanang, seluruh lapangan fluktuatif dengan kecenderungan stabil pada kisaran angka target produksi. Saat ini yang sudah mencapai target adalah dari Pertamina EP Asset 4.
Pada tahun ini Pertamina EP menggarap enam proyek pengembangan di wilayah kerja migasnya. Antara lain Paku Gajah Development Project di Sumsel, Pondok Makmur Development Project di Bekasi, Matindok Gas Development Project di Sulawesi Tengah, Cikarang Tegal Pacing di Jawa Barat, Jawa Gas Development Project di Cepu, dan Jirak Phase-1 Development Project di Sumsel.
Nanang mengatakan seluruh proyek Pertamina masih berjalan dan sudah mulai beroperasi (commisioning) seperti di Matindok. Ditargetkan akhir Juni 2017 sudah produksi penuh dengan rencana kapasitas 50 MMSCFD.
"Matindok sudah commisioning, bahkan pernah kami lakukan penjualan. Tapi karena ada yang belum sinkron, kami adakan perbaikan. Harapannya, pada 4 Juni kami mulai lagi 65 MMSCFD gross, nett-nya 55 MMSCFD," ucap Nanang.
Narendra Widjajanto, Direktur Keuangan Pertamina EP, mengatakan Anggaran Biaya Investasi (ABI) perusahaan mengacu pada Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) 2017, per April 2017 sebesar USD 114,28 juta atau 15 persen dari target USD 778 juta.
Baca: Pertamina Rehabilitasi 104 Sumur Minyak Ilegal
"Sebagian besar dihabiskan untuk pemboran migas serta workover dan sisanya untuk maintenance fasilitas produksi perusahaan," kata Nanang
BISNIS.COM