TEMPO.CO, Jakarta -Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini mengumumkan inflasi bulan Mei 2017 sebesar 0,39 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 128,83.
Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto menuturkan, inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya seluruh indeks kelompok pengeluaran, dengan inflasi paling besar berasal dari sektor bahan makanan yang mengalami inflasi sebesar 0,86 persen
Menurut Suhariyanto, meskipun inflasi bahan makanan pada Mei 2017 sebesar 0,86 persen, namun jika dibandingkan tahun lalu memang ada kenaikan beberapa komoditas, namun hal tersebut sudah diperingatkan pada bulan-bulan sebelumnya seperti telur, dan daging sapi. Sehingga pemerintah dapat menjaga stok daging melalui impor daging beku untuk mengantisipasi terjadinya kenaikan harga.
“Dibandingkan dengan puasa tahun lalu beda banget. Jadi berbagai upaya yang dilakukan pemerintah menunjukkan hasil yang cukup membuat harga-harga terkontrol dibandingkan tahun-tahun sebelumnya,” tutur Suhariyanto dalam konferensi pers yang digelar di BPS, Jumat, 2 Juni 2017.
Baca: BI: Inflasi Minggu Keempat April di Level 0,08 Persen
Kelompok bahan makanan memberikan sumbangan inflasi Mei 2017 sebesar 0,17 persen. Komoditas yang dominan memberikan sumbangan inflasi adalah bawang putih sebesar 0,08 persen, telur ayam ras sebesar 0,05 persen, daging ayam ras sebesar 0,04 persen, serta beras, daging sapi, jengkol, dan cabai merah masing-masing sebesar 0,01 persen.
Baca: BPS Perkirakan Inflasi Tinggi pada Mei dan Juni
Sebaliknya, komoditas yang dominan memberikan andil deflasi adalah cabe rawit sebesar 0,04 persen, bawang merah sebesar 0,02 persen dan tomat sayur sebesar 0,01 persen.
Ia menambahkan, tingkat inflasi secara tahun kalender (Januari-Mei) 2017 sebesar 1,67 persen, dan tingkat inflasi dari tahun ke tahun (Mei 2017 terhadap Mei 2016) sebesar 4,33 persen. Jika dilihat secara momentum, wajar pada musim ramadan dan lebaran angka inflasinya tinggi, karena jumlah peningkatannya tinggi.
Selain faktor permintaan dan penawaran bahan makanan yang mengalami peningkatan, Suhariyanto menilai ada ulah spekulan yang ikut mempermainkan harga di sejumlah kelompok bahan makanan ketika pasokan barangnya tidak cukup. Namun secara umum harga sebenarnya masih terkendali, salah satunya adanya campur tangan pemerintah dalam melakukan operasi pasar serta penentuan harga eceran tertinggi (HET).
“Kalang nggak ada operasi pasar, dia pasti naik. Harga daging sapi juga relatif stabil. Pemerintah sudah mengantisipasi untuk memenuhi stok, distributor juga diminta untuk melaporkan. Ini pengaruhnya sangat besar. Sebetulnya, harga harga saat ini terkendali. Ini sedikit naik saja, karena bulan lalu kan deflasi,” tutur Suhariyanto.
Suhariyanto memperkirakan, usai musim lebaran berakhir, nantinya inflasi akan kembali menurun. “Ini menggambarkn rata-rata Mei. Lihat dari minggu per minggu kan naik di pekan kedua dan pekan ketiga. Setelah intervensi pemerintah maka pekan keempat inflasi turun. Juni saya harap turun dibandingkan Mei,” tuturnya.
DESTRIANITA