TEMPO.CO, Jakarta - Chief Economist PT Mandiri Sekuritas Leo Putra Rinaldy memprediksi suku bunga Amerika (Fed Fund Rate/FFR) kembali naik pada Juni mendatang. Namun kenaikannya hanya berisiko kecil terhadap aliran modal keluar (outflow).
Menurut Leo, aliran modal diprediksi masih masuk karena suku bunga riil Indonesia masih menarik. "Benchmark untuk investor masuk ke Indonesia saat ini bukan suku bunga nominal, tapi suku bunga riil," katanya di Plaza Mandiri, Jakarta, Rabu, 31 Mei 2017.
Baca: The Fed Naikkan Suku Bunga, Rupiah Diprediksi Menguat
Saat ini, suku bunga riil 3 persen berdasarkan perhitungan obligasi 10 tahun pemerintah dikurang inflasi. Nilainya jauh di atas rata-rata, yaitu 1,2 persen. Sedangkan suku bunga nominal Indonesia memang rendah, yaitu 4,8 persen dari rata-rata 5,2 persen.
Leo mengatakan, jika Amerika kembali menaikkan suku bunga, inflasi negara tersebut juga akan terdorong naik. Akibatnya, yield obligasi Amerika akan sedikit negatif.
Simak: The Fed Naikkan Suku Bunga untuk Menahan Inflasi
Leo meyakini rupiah akan lebih stabil. "Kalau struktural current account defisit (CAD) bisa lebih rendah, rupiah bisa memiliki ruang menguat," ujarnya. Bank Mandiri memperkirakan CAD saat ini 1,7 persen, menurun dari perkiraan kuartal pertama sebesar 2,2 persen.
VINDRY FLORENTIN