TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia memprediksi defisit neraca transaksi berjalan sepanjang 2017 akan sama dengan tahun lalu, yakni sekitar 1,8-1,9 persen, terhadap produk domestik bruto (PDB). Menurut Gubernur BI Agus Martowardojo, angka tersebut masih cukup positif.
"Pada 2013, sempat di atas 3 persen. Kalau 1,8-1,9 persen, itu masih baik. Kemungkinan defisit neraca transaksi berjalan bisa sampai US$ 19 miliar," katanya dalam acara buka puasa bersama di Kompleks BI, Jakarta Pusat, Senin, 29 Mei 2017.
Baca: 2017, Agus Marto: Defisit Transaksi Berjalan Akan Membesar
Neraca transaksi berjalan merupakan indikator ekspor-impor barang dan jasa dari Indonesia ke negara-negara mitra dagang. Neraca transaksi berjalan dibagi menjadi dua komponen, yakni neraca perdagangan untuk barang dan neraca perdagangan untuk jasa.
Jika nilai neraca transaksi berjalan defisit, berarti Indonesia masih lebih banyak mengimpor daripada mengekspor. Namun, jika defisit mengecil, berarti terdapat perbaikan ekspor-impor. Perbaikan defisit neraca transaksi berjalan akan memperbaiki neraca pembayaran Indonesia (NPI).
Agus berujar, meskipun defisit neraca transaksi berjalan sama dengan tahun lalu, NPI tahun ini akan menurun dibanding 2016. BI memperkirakan NPI sepanjang 2017 akan mencapai US$ 3-4 miliar. Tahun lalu, NPI menyentuh level US$ 12 miliar.
Baca: BI Perkirakan Defisit Transaksi Berjalan Membesar di 2017
Menurut Agus, walaupun NPI mengalami penurunan dibanding tahun lalu, perekonomian masih kuat. Besaran defisit tersebut masih mampu menjaga pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan.
ANGELINA ANJAR SAWITRI