TEMPO.CO, Jakarta – Sentimen risiko geopolitik global di Korea Utara dan Amerika Serikat yang memanas mendorong harga emas kembali menguning pada hari ini.
Dalam perdagangan Senin, 29 Mei 2017, pukul 16.28 WIB, harga emas gold spot naik 0,28 poin atau 0,02 persen menjadi US$ 1.267,04 per troy ounce (Rp 538.807,86 per gram). Ini merupakan level tertinggi sejak 1 Mei 2017 di posisi US$ 1.256,58 per troy ounce.
Baca: Dolar Amerika Menguat, Harga Emas Berjangka Turun
Harga emas cenderung menguat setelah mencapai level US$ 1.219,10 pada 10 Mei 2017. Sepanjang tahun berjalan, harga sudah meningkat 10,4 persen.
Research and Analyst PT Monex Investindo Futures Putu Agus Pransuamitra menuturkan harga emas diuntungkan oleh meningkatnya risiko geopolitik. Pada Senin, 29 Mei 2017, Korea Utara kembali meluncurkan rudal balistik uji coba yang berpotensi menimbulkan ketegangan antarnegara.
Dia juga masih melihat faktor politik AS yang belum stabil sebagai salah satu sentimen pendorong harga logam mulia. Namun sentimen utama yang ditunggu pasar adalah rilis data tenaga kerja AS.
Data tenaga kerja menjadi salah satu sentimen yang ditunggu pasar karena menjadi acuan Federal Reserve dalam meningkatkan suku bunga, di samping data inflasi. Data tenaga kerja tersebut mencakup tiga aspek, yakni nonfarm payroll (NFP), peningkatan upah per jam atau average hourly earnings, dan tingkat pengangguran.
“Data tenaga kerja kali ini sangat ditunggu pasar. Bila merosot sesuai dengan konsensus, ada kemungkinan probabilitas penaikan FFR berkurang sehingga mendorong kembali harga emas,” ucap Putu Agus kepada Bisnis.com, Senin, 29 Mei 2017.
Probabilitas pengerekan suku bunga dalam Federal Open Market Committee (FOMC) 14 Juni 2017 sudah meningkat menjadi 84 persen dibandingkan pekan sebelumnya, yang masih di bawah 80 persen. Karena itu, pasar menganggap rilis data tenaga kerja AS akan menjadi faktor yang menentukan penaikan FFR pada bulan depan.