TEMPO.CO, Jakarta - Kredit kepemilikan rumah yang macet semakin meningkat sepanjang triwulan pertama 2017. Seretnya cicilan rumah salah satunya disebabkan korporasi yang melakukan efisiensi besar-besaran.
Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia Dwitya Poetra mengatakan tingkat kredit macet (non-performing loan/NPL) kredit pemilikan rumah (KPR) per Maret 2017 mencapai 2,87 persen year on year. Rasio NPL meningkat dibanding Desember 2016 sebesar 2,54 persen.
"Lebih banyak karena kondisi ekonomi. Perusahaan yang melakukan strategi efisiensi dengan mengurangi biaya dan utang sehingga mengurangi kondisi kemampuan karyawan untuk melakukan pembayaran utang-utang," kata Dwitya saat bincang media di kompleks Bank Indonesia, Rabu, 24 Mei 2017.
Baca: OJK Meminta Bank Genjot Penagihan Kredit Bermasalah
Menurut Dwitya, produktivitas korporasi non-keuangan menurun lantaran banyak melakukan efisiensi dengan mengurangi biaya operasional untuk menekan piutang. Kebijakan ini pun berimbas terhadap daya beli karyawan perusahaan tersebut.
Tahun lalu, Bank Indonesia melonggarkan aturan rasio nilai pinjaman dari aset (loan to value) atas kredit pemilikan rumah sehingga uang muka pembelian rumah menurun menjadi rata-rata 15 persen. Masyarakat semakin mudah melakukan pembelian rumah tapak, rumah susun, dan ruko atau rukan. Namun pengurangan uang muka belum berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit pemilikan rumah. Kredit penyaluran properti per Maret 2017 hanya tumbuh 15 persen, atau sebesar Rp 719 triliun, dibanding Februari senilai Rp 706,2 triliun.
Baca: Kredit Macet Tinggi, BI: Pencadangan Bank Mencukupi
Dwitya mengatakan rasio penyaluran KPR dapat ditingkatkan apabila perbankan gencar memperbaiki rasio kredit macet. Sebab, hanya bank yang memiliki rasio total NPL atau NPF di bawah 5 persen yang dapat menyediakan kredit dengan uang muka rendah. "Kalau bank bisa memperbaiki NPL, tentu bisa meningkat lagi (penyalurannya)," kata Dwitya.
Direktur Consumer Banking PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) Handayani menargetkan pertumbuhan penyaluran KPR tahun ini sebesar 20-23 persen. Hingga akhir 2016, penyaluran KPR BTN tumbuh sekitar 24 persen.
"Tahun ini harapannya secara kontinyu pertumbuhan pembiayaan tumbuh di kisaran itu, baik dari sisi konstruksi maupun KPR," kata Handayani.
PUTRI ADITYOWATI | ANGELINA ANJAR SAWITRI