TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi menggelar pertemuan bisnis dengan pengusaha Indonesia-Malaysia. Acara untuk menggaet dan mengoptimalkan investasi ini berlangsung di Hotel Gran Melia Jakarta pada Selasa malam, 23 Mei 2017.
Menurut Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Eko Putro Sandjojo potensi investasi Malaysia yang dapat dioptimalkan, di antaranya proyek listrik dan pabrik semen. "Nilainya mencapai Rp 61,1 triliun," katanya.
Baca: Malaysia Lirik Investasi Properti, Migas, dan Jalan Tol di Indonesia
Sedangkan potensi lainnya adalah proyek infrastruktur dan properti, yang ditawarkan perusahaan BUMN di Indonesia, mencapai Rp 65,6 triliun. "Kami memastikan terus membantu mencari peluang investasi, khususnya dari Malaysia," ujarnya.
Eko menjelaskan, isu-isu terbaru tentang upaya peningkatan iklim investasi, khususnya dari investor Malaysia, terus dibenahi. Upaya yang ditempuh adalah perbaikan tata pelaksanaan penanaman modal dan industri, reformasi kebijakan, hingga deregulasi terhadap kemudahan berinvestasi.
Untuk mewujudkan hal tersebut, Menteri Desa, yang ditunjuk Presiden Joko Widodo sebagai Pejabat Penghubung Investasi dari Malaysia, menjalin kerja sama dengan Duta Besar Indonesia di Malaysia, Rusdi Kirana. "Tim kami akan terus mengidentifikasi dan mengatasi persoalan yang menghambat investasi di Indonesia sesuai dengan masukan dari pelaku bisnis kedua negara," ucapnya.
Baca: Kerja Sama Ekonomi, Indonesia Jajaki Kemitraan ...
Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 13 M Tahun 2017, tugas Eko adalah mencari peluang investasi, khususnya dari Malaysia, mengidentifikasi dan mengatasi persoalan yang menghambat Investasi di Indonesia, mengawal dan memastikan kelancaran proses realisasi investasi, serta melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada presiden.
Pertemuan bisnis kali ini juga dihadiri Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan dan Menteri BUMN Rini Soemarno. Eko menambahkan, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia dan Asosiasi Indonesia-Malaysia juga ikut mengawal kelancaran proses realisasi investasi melalui koordinasi dengan kementerian terkait.
"Komitmen ini untuk mendorong kesinambungan dengan meningkatkan komunikasi, termasuk peningkatan pertemuan bisnis, yang pada akhirnya dapat meningkatkan realisasi PMA sampai tahap produksi atau operasi komersial," ujarnya.
Eko pun telah menjadi mediator pertemuan para pengusaha Indonesia dengan 12 perusahaan dari Malaysia di Kuala Lumpur pada 20-21 April 2017. Perusahaan Indonesia yang terlibat dalam kerja sama ini adalah PT Pembangunan Perumahan, PT Wijaya Karya, Rajawali Group, Sinarmas Group, PT Sampoerna, Triputra Group, Salim Group, PT Truba Jaya, dan PT Rukun Raharja.
Sedangkan perusahaan asal Malaysia yang berpartisipasi adalah Tenaga Nasional Berhad (TNB), Khazanah, YTL Corporation Berhad, United Engineers Malaysia (UEM), Axiata, dan CIMB Investment Banking.
GHOIDA RAHMAH