TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah Kementerian Perindustrian Gati Wibawaningsih mengatakan, produk ekspor alas kaki Indonesia menduduki peringkat ke-5 setelah Cina, India, Vietnam, dan Brasil. “Peningkatan kinerja ekspor alas kaki Indonesia tersebut melebihi pertumbuhan nilai ekspor dunia yang hanya sekitar 0,19 persen," kata Gusti pada Minggu, 21 Mei 2017.
Menurut Gusti, hal ini menunjukkan bahwa produk alas kaki dalam negeri memiliki daya saing di atas rata-rata dunia. Gati mecontohkan, Ekuator, sepatu premium lokal berkualtas internasional diyakini bisa menembus pasar global.
“Sepatu yang dirintis oleh Kemenperin melalui Balai Pengembangan Industri Persepatuan Indonesia (BPIPI) ini telah memenuhi tingkat komponen dalam negeri (TKDN) hingga 80 persen. Pada akhir tahun 2017, Ekuator akan hadir pada salah satu trade show bergengsi di benua Eropa,” tuturnya.
Direktur Industri Kecil Menengah Kimia, Sandang, Aneka dan Kerajinan Kemenperin, E Ratna Utarianingrum, menambahkan, pertumbuhan produksi alas kaki didorong karena tren fashion cepat berkembang. ”Pada tahun 2020, pangsa pasar alas kaki nasional ditargetkan sebesar 10 persen ke pasar dunia. Kami optimis bisa tercapai karena seiring dengan pertambahan penduduk, maka semakin tinggi kebutuhan sepatu,” ucapnya.
Ratna menuturkan, industri alas kaki nasional lebih banyak dihasilkan oleh industri besar dan menengah baik dari segi nilai maupun dalam jumlah produksi. Untuk sebaran industri kecil dan mikro alas kaki di seluruh Indonesia, sebanyak 82 persen berada di provinsi Jawa Barat dan Jawa Timur.
Konsentrasi sektor tersebut di wilayah Jawa Barat, meliputi Bogor, Bandung, dan Tasikmalaya. Sedangkan, Jawa Timur, berada di Pasuruan, Sidoarjo, Mojokerto, Jombang, dan Magetan. Namun, untuk industri penyamakan kulit di dalam negeri, tantangan yang tengah dihadapi saat ini, di antaranya adalah kekurangan bahan baku kulit
Pasokan dari domestik baru memenuhi sekitar 36 persen dari total kapasitas industri penyamakan kulit. “Itupun kualitas bahan bakunya masih perlu ditingkatkan lagi untuk proses produksi selanjutnya,” ungkap Ratna.
ANTARA