TEMPO.CO, Jakarta -PT Pertamina (Persero) memperkirakan kenaikan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) pada masa Idul Fitri 1438 H tahun ini.
Menurut Direktur Pemasaran Pertamina Muchamad Iskandar, berkaca pada peta kenaikan konsumsi BBM tahun lalu, terjadi kenaikan konsumsi baik Gasoline maupun Gasoil di seluruh wilayah Indonesia, dengan konsumsi paling banyak terjadi di Jawa Tengah.
Untuk tahun ini, Pertamina masih memperkirakan kenaikan konsumsi di Jawa Tengah dengan jumlah kenaikan konsumsi sebesar 25,6 persen hingga 26 persen dari hari biasa. “Karena di sana, prediksi saya masih ada hiruk pikuk arus mudik menuju daerah di Jawa Tengah dan Jawa Timur, sehingga kami antisipasi cukup besar,” tutur Muchamad Iskandar di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta Pusat, Senin, 22 Mei 2017.
Baca: 8 Tahun Lagi, Ucapkan Selamat Tinggal Mobil Bensin
Meski pemerintah memperkirakan beberapa ruas tol baru di Jawa Tengah sudah dapat dioperasikan pada lebaran tahun ini, Pertamina tetap mengantisipasi untuk mengamankan stok di beberapa titik rest area yang sudah ditentukan. Karena nantinya di sana mereka akan menyediakan BBM pada jalur tol baru yang akan fungsional pada Juni 2017.
“Walaupun belum ada rest area, tapi kami siapkan, yang satu menuju Salatiga, kita bantu pakai mobile dan kiosk, termasuk di Tol Cipali. Kemudian dari Cikampek hanya ada dua SPBU, di ruas lainnya ditambah ada 6 SPBU,” tutur Muchamad.
Baca: Ini Alasan Konsumsi Premium Terus Menurun
Ia menambahkan, prediksi penyaluran BBM selama masa mudik akan mengalami kenaikan pada periode 19 Juni hingga 22 Juni 2017, dan untuk arus balik pada 26 Juni hingga 2 Juli 2017.
“Prediksi kenaikan konsumsi tertinggi untuk Gasoline pada 24 Juni 2017 dengan kenaikan sebesar 31 persen dari konsumsi harian, dan Gasoil pada 16 Juni dengan kenaikan sebesar 37 persen dari konsumsi harian,” tuturnya.
Selain Jawa Tengah, kenaikan konsumsi BBM juga diprediksi terjadi di Sumatera Barat dengan kenaikan sebesar 22,7 persen dari hari biasa. Kemudian wilayah Lampung dengan jumlah kenaikan 17,4 persen, disusul dengan Jawa Timur dengan kenaikan 11,5 persen. “Di Jawa Timur kenapa lebih rendah dari Jawa Tengah karean jarak pulangnya lebih pendek, seperti ke Kediri, Malang, dan lain-lain sehingga tidak butuh konsumsi berlebihan. Di tempat lain di luar Jawa lebih stabil, berkisar antara 10-14 persen,” tutur Muchamad.
DESTRIANITA