TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pagi ini, Senin, 22 Mei 2017, bergerak menguat sebesar 47 poin menjadi Rp13.278, dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp 13.325 per dolar AS.
"Peringkat layak investasi yang diberikan oleh Standard & Poors (S&P) mendorong penguatan mata uang rupiah," kata ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Senin, 22 Mei 2017.
Lihat: Rini Soemarno Minta BUMN Pikirkan Rakyat Jangan Hanya Cari Untung
Rangga Cipta menambahkan bahwa kembalinya penguatan harga minyak mentah dunia juga turut menopang nilai tukar berbasis komoditas, seperti rupiah untuk mengalami apresiasi terhadap dolar AS.
Terpantau harga minyak jenis WTI Crude menguat 0,99 persen menjadi 50,83 dolar AS per barel, dan Brent Crude naik 0,91 persen menjadi 54,10 dolar AS per barel. "Penguatan harga komoditas yang mulai konsisten, semakin melemahkan dolar AS," katanya.
Baca: Pengelola Bumiputera Tagih Janji Suntikan Dana dari Evergreen
Samuel menambahkan bahwa pemerintah yang memasang target pertumbuhan tinggi di 2018 mendatang hingga mencapai sekitar enam persen juga turut memberikan optimisme pelaku pasar keuangan di dalam negeri. "Ruang penguatan rupiah masih terbuka walaupun Bank Indonesia akan lebih ingin melihat apresiasi yang bertahap," katanya.
Menurut Samuel, sentimen negatif bagi pasar keuangan hanya tersisa dari tensi politik dalam negeri yang diperkirakan masih hangat dalam beberapa saat ini.
Sementara itu, analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menambahkan bahwa pergerakan mata uang rupiah yang sebelumnya sempat tertekan dengan melonjaknya permintaan akan mata uang "safe heaven", kini mampu diimbangi dengan berita dari kenaikan peringkat Indonesia oleh S&P. "Namun, pelaku pasar diharapkan tetap berhati-hati terhadap potensi pembalikan arah, eforia kenaikan peringkat bisa saja berkurang," kata Reza.
ANTARA