TEMPO.CO, Jakarta - Mata uang rupiah diperkirakan berpeluang menguat terbatas mendekati area Rp 13.250 per dolar AS pada pekan depan seiring dengan penyematan investment grade dari Standard & Poor’s (S&P).
Pada penutupan perdagangan Jumat, 19 Mei 2017, mata uang Garuda menguat 31 poin atau 0,23 persen menjadi Rp 13.325 per dolar AS setelah diperdagangkan pada kisaran Rp 13.420 – Rp 13.298 per dolar AS. Kurs tengah dipatok Rp 13.410 per dolar AS.
Dalam sepekan, rupiah menguat 5 poin atau 0,04 persen dari level Rp 13.330 per dolar AS pada Jumat, 12 Mei 2017. Sepanjang tahun berjalan, harga masih menguat 1,10 persen.
Analis Asia Trade Poin Future Andri Hardianto mengatakan katalis positif rupiah datang dari penyematan S&P terhadap peringkat Indonesia dari BB+/positif menjadi BBB-/stabil atau menjadi kategori investment grade. Sentimen ini jelas akan menaikkan tingkat kepercayaan investor.
Baca:
Bank Dunia: Fundamental Ekonomi RI Kuat
Permintaan Lahan Industri Pulih
Sri Mulyani Pede Dengan Ekonomi Indonesia
"Oleh karena itu, rupiah berpeluang menguat pada sepekan ke depan dengan rentang harga Rp 13.380--Rp 13.250 per dolar AS," tuturnya saat dihubungi Bisnis.com, Jumat, 19 Mei 2017.
Dalam sepekan ini, rupiah sempat melemah akibat rebound dolar AS. Mata uang greenback sempat terperosok beberapa sesi perdagangan karena menurunnya data ekonomi dan meningkatnya kekhawatiran politik di tubuh Paman Sam.
Pasar juga dinilai dapat menerima Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor 1 Tahun 2017 tentang Akses Informasi Keuangan untuk Kepentingan Perpajakan, sehingga mata uang domestik bergerak stabil.
Secara politis, kebijakan ini mendapat dukungan dari DPR sehingga menjadi modal kuat bagi pemerintah utuk mengundangkannya. Bagi pelaku usaha Perppu no.1/2017 akan meningkatkan kepercayaan inevstor karena aspek transparansi yang semakin tinggi.
Pada pekan depan, sambung Andri, pergerakan rupiah akan didominasi oleh sentimen dari internal, seperti rating S&P dan data ekonomi yang cenderung positif. Adapun faktor eksternal yang diperhatikan ialah potensi memanasnya harga minyak global.
Pada Kamis, 25 Mei 2017, OPEC akan melakukan rapat perihal pemangkasan produksi yang bertujuan mengangkat harga minyak. Ada peluang pemotongan suplai berlangsung sampai kuartal I/2018. Selain itu, pasar juga mencermati sentimen dari AS, yakni petunjuk soal kenaikan suku bunga dalam Federal Open Market Committee (FOMC) pada 14 Juni 2017. Situasi politik Paman Sam, terutama seputar Donald Trump juga kan menjadi salah satu pertimbangan terhadap rupiah.