TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Komite Daging Sapi Jakarta Raya Sarman Simanjorang mengatakan, pemerintah sebaiknya menambah stok daging sapi impor menjelang ramadan dan Idul Fitri. Dia beralasan karena ada potensi harga bergejolak akibat belum terbiasanya masyarakat mengkonsumsi daging kerbau.
"Saya takutnya masyarakat nanti tidak suka, lalu berbondong-bondong cari daging sapi beku," kata Sarman Simanjorang saat ditemui di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Selasa, 16 Mei 2017.
Sarman menuturkan seharusnya kondisi stok daging sapi beku dan daging kerbau pada posisi yang sama. Dia melihat langkah inilah yang dapat mencegah adanya potensi harga yang bergejolak. "Pendapat saya minimal disamakan dengan jumlah stok kerbau."
Baca: Stok Daging Cukup Sampai Ramadan
Menurut Sarman masalah ini harus diwaspadai oleh pemerintah, karena saat ini pemerintah memberikan tiga pilhan kepada masyarakat. Pertama daging sapi segar yang harganya tinggi, daging sapi beku impor yang harganya Rp 80 ribu dan juga daging kerbau impor.
Sarman mengungkapkan kebutuhan daging saat ramadan di Jabodetabek bisa meningkat sampai 100 persen dan bisa mencapai 300 persen menjelang Idul Fitri. Di Jakarta sebagai contoh, kebutuhan per hari mencapai 60 ton per hari dan bisa di atas 90 ribu ton per hari saat ramadan dan Idul Fitri.
Simak: Daging Kerbau Murah Pukul Jagal dan Peternak Sapi
Kepala Sub Direktorat Perlindungan Hewan Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Dinal Rifki, mengatakan stok daging sapi impor saat ini 12 ribu ton dan daging kerbau sekitar 36 ribu ton. Pemasukan akan terus berjalan karena pemerintah terus memantau perkembangan harga.
Apabila ada kenaikan harga, kata Dinal, maka pemerintah siap memasukkan kembali daging-daging ke pasar. Mengenai persentase pemasukan, Dinal menyatakan daging sapi tetap yang paling banyak karena daging kerbau dari Bulog bersifat buffer stock saja.
DIKO OKTARA