TEMPO.CO, Jakarta - Indonesian Petroleum Association (IPA) menyatakan investasi di sektor hulu minyak dan gas (migas) Indonesia pada 2016 menurun 27 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Nilainya menurun dari US$ 15,34 miliar menjadi US$ 11,15 miliar.
Direktur IPA, Marjolijn Wajong, mengatakan penurunan investasi berpengaruh kepada kegiatan eksplorasi cadangan migas baru. "Jumlah wilayah eksplorasi menyusut," kata dia di Hotel Dharmawangsa, Jakarta, Rabu, 10 Mei 2017.
Total wilayah kerja eksplorasi pada 2013 mencapai 238 wilayah. Di 2016, jumlahnya berkurang menjadi 199 wilayah. Sebanyak 37 wilayah di antaranya sedang dalam proses pengakhiran kontrak.
Baca: Revisi UU Migas Diyakini Dongkrak Investasi di Sektor Hulu
Ia mengatakan investasi eksplorasi pun menurun di 2016. Nilai investasi eksplorasi turun dari US$ 1,4 miliar di 2014 menjadi US$ 0,1 miliar di 2016. Marjolijn mengatakan sektor hulu migas sudah menghadapi krisis. "Sekarang kami sedang krisis, dalam keadaan yang tidak baik," kata dia.
Investor dinilai tak lagi tertarik dengan Indonesia. Cadangan migas pun terancam karena tak ada penemuan sumur baru. Cadangan minyak turun dari 3,7 miliar barel di 2013 menjadi 3,3 miliar di 2016. Padahal cadangan migas Indonesia masih melimpah.
Simak: Pemerintah Diminta Ubah Aturan Biaya Investasi Migas
Ia mengatakan Indonesia butuh strategi untuk menarik kembali minat investasi di sektor hulu migas. IPA pun menggelar Convention & Exhibition di Jakarta Convention Center (JCC) pada 17-19 Mei 2017 dengan tema Accelerating Reform to Re-Attract Investment to Meet the Economic Growth Target.
Dalam acara tersebut terdapat tiga plenary session yang akan membahas masalah terkait dengan investasi hulu migas. Peserta dari berbagai latar belakang dan negara akan mencoba mencari solusi dari masalah tersebut.
VINDRY FLORENTIN