TEMPO.CO, Jakarta - Pengusaha properti terkenal, Ciputra, mengusulkan kepada pemerintah agar enterpreneurship dimasukkan ke kurikulum perguruan tinggi. Saran itu disampaikan dalam pidatonya di acara Jakarta Marketing Week 2017 di Mall Kota Kasablanka, Selasa, 9 Mei 2017.
“Perguruan tinggi kita selalu mengajarkan moral dan profesionalisme, tapi bidang entrepreneurship masih tertinggal," ujarnya.
Baca juga:
Tiga Langkah Ciputra Mengubah Sampah Menjadi Emas
Sekolah Wirausaha tanpa Biaya ala Ir Ciputra
Dengan memasukkan enterpreneurship dalam kurikulum, kata Ciputra, sarjana-sarjana Indonesia dapat menjadi pembuka lapangan pekerjaan, bukan peminta kerja.
Menurutnya, dengan meningkatnya jumlah lapangan kerja, maka pendapatan per kapita Indonesia juga meningkat. Dia prihatin dengan banyaknya sarjana Indonesia yang masih menganggur.
Ciputra menjelaskan bahwa enterpreneurship yang dia maksud adalah yang dapat mengubah sampah menjadi emas.
"Bukan kaki lima ataupun toko kelontong yang tidak ada nilai tambahnya," kata Ciputra yang merupakan pendiri kelompok perusahaan Jaya Group, Metropolitan Group, dan Ciputra Group.
Pendidikan enterpreneurship itu menjadi begitu penting, karena alih-alih mengubah sampah menjadi emas, kata Ciputra, sekarang justru marak mengubah emas menjadi sampah.
"Lihat saja hutan-hutan yang dibabat dan tambang-tambang yang justru merusak alam. Serta laut dimana ikan dihabisi. Itu tidak menunjukkan enterpreneurship," ujarnya.
Ciputra mengenang usahanya saat mengubah kawasan Ancol di Jakarta Utara pada tahun 1960-an menjadi arena rekreasi terkenal seperti saat ini. Ketika itu, katanya, Ancol identik dengan ‘tempat jin buang anak.’
Ciputra menjelaskan hanya enterpreneurship yang bisa mengangkat harkat dan martabat bangsa. “Saya sudah buktikan itu," kata pria kelahiran Parigi, Sulawesi Tengah, pada 24 Agustus 1931.
Menurutya, pendidikan dan pelatihan, serta penanaman enterpreneurship jadi kunci mengentaskan kesenjangan sosial di Indonesia.
Pendidikan dan pelatihan untuk buruh, katanya, adalah jalan pintas untuk dapat mengatasi persoalan kesenjangan sosial yang terjadi di Indonesia. Ciputra percaya dengan meningkatnya keahlian buruh, maka produktivitas akan meningkat dan akan berakibat pada bertambahnya penghasilan buruh.
"Sehingga kesenjangan akan berkurang," ujar Ciputra yang menurut Forbes terbitan 2011, menduduki peringkat ke-27 sebagai orang terkaya di Indonesia dengan total kekayaan US$ 950 juta.
Simak juga:
Ciputra: Indonesia Butuh Dua Persen Wirausahawan
Pendidikan Kewirausahaan Harus Sejak Dini
Namun, Ciputra berujar hal yang benar-benar dapat mengentaskan kesenjangan di Indonesia adalah enterpreneurship. Meski demikian, kata dia, banyak pemerintah, terutama pada negara berkembang yang merasa enterpreneurship itu terlalu lama.
"Pemerintah hanya berpikir jangka pendek, supaya terlihat berprestasi dan terpilih kembali. Contohnya adalah membagi-bagi uang untuk mengentaskan kesenjangan, padahal itu bukan contoh yang mendidik," kata Ciputra.
CAESAR AKBAR | UWD