TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) telah menurunkan personil dan peralatan dalam rangka penanganan darurat korban banjir bandang yang terjadi di Dusun Nipis, Desa Sambungrejo, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang yang terjadi pada Sabtu, 29 April lalu.
Staf ahli Menteri Bidang Teknologi dan Industri Kementerian PUPR, Khalawi Abdul Hamid mengatakan, Kementerian PUPR telah melakukan penanganan darurat melalui Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Serayu Opak dan Tim Penanganan Bencana Ditjen Cipta Karya. Yakni dengan menurunkan Tim Reaksi Cepat (TRC) untuk investigasi kondisi lapangan segera setelah bencana terjadi dan mengirimkan 2 excavator dan 1 dump truck untuk evakuasi korban dan pembersihan material banjir.
Selain itu, Kementerian PUPR juga menjaga ketersediaan air bersih dengan menurunkan satu unit mobil Instalasi Pengolahan Air (IPA) untuk mengolah air sungai sebagai air baku, memasang lima unit Hidran Umum (HU), mendistribusikan 100 jerigen dengan ukuran 20 m3 kepada para korban dan melakukan pencarian sumber air bersih yang kemudian didapat berada 500 meter dari titik droping air untuk kemudian diolah menjadi air baku.
Baca: Kementerian BUMN Tegaskan Tak Akan Jual Aset
Penanganan darurat telah dilakukan Kementerian PUPR berkordinasi dengan tim gabungan dari Dinas PU, BNPB, BPBD, TNI, Kepolisian, Basarnas, Dinas Kesehatan, Damkar, PMI dan relawan lainnya. Dilokasi penampungan juga telah didirikan dapur umum dan pemberian pelayanan kesehatan.
Baca Juga:
Sementara untuk pencarian korban tertimbun terus dilakukan hingga malam hari dengan bantuan alat berat. Hingga saat ini, kebutuhan mendesak yang dibutuhkan adalah makanan, air bersih, sandang, selimut, dan tikar.
Bencana alam banjir bandang terjadi di Dusun Nipis, Desa Sambungrejo, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang pada Sabtu, 29 April 2017 pukul 14.30. Banjir bandang terjadi setelah turun hujan dengan intensitas 55 mm per hari selama 6 jam yang menyebabkan Sungai Ndaru yang berada di Desa Citrosono dan bermuara ke Sungai Elo meluap dan membawa material kayu, batu, dan lumpur yang akhirnya merusak permukiman warga.
Simak: Menjelang Puasa: Harga Melonjak, Bawang Putih Rp 50 Ribu
Akibatnya sebanyak 12 orang meninggal dunia, 1 orang hilang, 2 orang luka berat dan sekitar 170 jiwa harus mengungsi. Sementara itu untuk kerusakan bangunan tercatat 71 rumah di 5 dusun yang dihuni sekitar 240 jiwa mengalami kerusakan. Banjir bandang juga mengakibatkan infrastruktur air minum di 4 desa dari mata air non PDAM mengalami kerusakan.
DESTRIANITA