TEMPO.CO, Jakarta - Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Eenergi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Rida Mulyana, didampingi Kurtubi Anggota Komisi VII DPR RI meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) di di Desa Kawindai Toi, Kecamatan Tambora, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Pembangkit listrik dengan memanfaatkan energi baru terbarukan tersebut dibangun di Desa Kawinda Toi, Kabupaten Bima dengan kapasitas 100 kW. "PLTMH di Kabupaten Bima ini memiliki kapasitas 100 kW dengan jumlah sambungan rumah
sebanyak 150 unit," ujar Rida Mulyana dalam siaran resmi Kementerian ESDM, Senin, 1 Mei 2017.
Baca: Jokowi dan Mati Surinya Pembangkit Listrik
Menurut Rida, ada beberapa kelebihan dalam pemanfaataan energi baru terbarukan melalui tenaga mikro hidro. Yakni teknologi yang ramah lingkungan karena tidak memerlukan infrastruktur yang besar, dapat memanfaatkan aliran langsung
dari sungai (Run River), dan biaya pengoperasian dan pemeliharaan juga murah. “Sistemnya juga sangat sederhana dan memiliki ketangguhan yang baik, sehingga dapat diandalkan,” katanya.
Selain PLTMH, di Bima juga dibangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terpusat 200 kWp di atas lahan seluas 3.900 m2 di area Bandar Udara Muhammad Salahuddin Bima yang terhubung dengan jaringan listrik tegangan rendah PLN.
PLTS ini bekerja dengan sistem On Grid, menyalurkan daya yang diterima dari matahari langsung ke jaringan PLN tanpa menggunakan baterai sebagai media penyimpanan.
“Listrik dari PLTS ini akan membantu pemenuhan kebutuhan listrik bandara pada siang hari dan secara tidak langsung mengurangi konsumsi BBM untuk pembangkit listrik PLN di area tersebut,” ucap Rida. Dipilihnya PLTS ini karena memiliki
keuntungan tidak menghasilkan emisi sehingga ramah lingkungan, waktu pembangunan yang relatif cepat, dan dapat dibangun dengan kapasitas berapapun sesuai kebutuhan.
Baca: Intruksi Jonan ke PLN Terkait Pembangkit Listrik
Menurut Rida, dibangunnya PLTS di area bandara nantinya akan terlihat oleh penumpang pesawat yang akan mendarat di Bandara Bima. Sehingga wisatawan akan merasa senang mengetahui listriknya berasal dari energi terbarukan, tidak berasal
dari batubara atau BBM yang mengotori udara.
Menurut Rida, hanya ada empat bandara di Indonesia, termasuk Bima yang memanfaatkan EBTKE ini. "Tidak mungkin mereka akan senang-senang di udara yang polusinya tinggi. Ini akan meningkatkan kedatangan turis ke Bima.”
DESTRIANITA