TEMPO.CO, Jakarta - Harga minyak mentah meluncur ke level terendah satu bulan setelah Libya membuka kembali pengeboran terbesarnya dan kenaikan persediaan produk dan output minyak mentah AS membebani pasar.
Minyak West Texas Intermediate untuk pengiriman Juni turun 65 sen atau 1,3 persen ke level US$ 48,97 per barel di New York Mercantile Exchange, level terendah sejak 28 Maret.
BACA JUGA :
- Bank Dunia: Fundamental Ekonomi RI Kuat
- Sri Mulyani Yakin Ekonomi Indonesia 2017 Positif
- Bali Dikukuhkan Sebagai Destinasi Wisata Terbaik Dunia
Sementara itu, minyak Brent untuk kontrak Juni turun 38 sen ke level US$ 51,44 per barel di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London.
Seperti dilansir Bloomberg, minyak mentah dari lapangan Sharara di Libya telah mulai mengalir ke kilang Zawiya setelah force majeure di pelabuhan barat Zawiya dicabut.
Minyak mentah telah melemah selama dua pekan terakhir di tengah kekhawatiran bahwa output AS yang meningkat akan mengimbangi upaya Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutu-sekutunya untuk memangkas produksi global.
Rusia, yang bergabung dalam kesepakatan tersebut mungkin akan lebih sulit untuk memperpanjang kesepakatan karena akan menghambat rencana perusahaan lokal untuk berkembang.
Menteri Energi Rusia Alexander Novak mengatakan pekan ini negaranya akan menunggu apakah akan memutuskan untuk bergabung dengan OPEC dalam memperpanjang pembatasan produksi.
"Pasar secara teknis lemah dan Libya adalah alasan utama terhadap aksi jual," ujar Phil Flynn, analis pasar senior Price Futures Group, seperti dikutip Bloomberg.