TEMPO.CO, Jakarta - Investasi industri kulit dan produk kulit serta alas kaki pada tahun ini melesat nyaris empat kali lipat menjadi Rp 7,62 triliun dibandingkan dengan tahun lalu. Rencana investasi ini dinilai merupakan titik balik industri tersebut yang sempat lesu tahun lalu. Kemenperin menargetkan investasi masuk sektor tersebut capai Rp 2 triliun tahun ini.
Dirjen Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka (IKTA) Kementerian Perindustrian Achmad Sigit Dwiwahjono mengatakan lonjakan investasi tersebut menandakan perbaikan iklim investasi pada industri kulit, barang dari kulit, dan alas kaki telah berjalan sesuai harapan.
"Kalau melihat konstelasi investasi di sektor alas kaki, kami optimistis dapat melebihi target pertumbuhan industri 5,5 persen. Pertumbuhan investasi tahun lalu sudah di atas 20 persen. Penetrasi ke pasar internasional juga masih 3,3 persen. Artinya masih banyak peluang," jelas Sigit di Surabaya, Selasa, 18 April 2017.
Baca:
Sri Mulyani Sebut Rasio Utang Cukup Tinggi, Namun....
Bulog Coba Produk 'Pakan Ternak Kita'
Sri Mulyani Pesan Ini kepada Mahasiswa STAN dalam Kuliah Umum
Tertinggi Sejak 2015, Surplus Neraca Perdagangan US$ 3,92 Miliar
Sigit mengatakan Indonesia memang merupakan pemain besar industri alas kaki dunia, dengan output terbesar kelima setelah Cina, India, Vietnam, dan Brasil. Sejumlah investor asing yang sebelumnya dikabarkan akan membuka pabrik di Cina, beralih menggelontorkan investasinya di Indonesia.
Secara detil, proyeksi realisasi investasi yang telah terhimpun sepanjang tahun ini sebesar Rp 7,62 triliun tersebut terdiri atas tujuh industri alas kaki sebesar Rp 3,49 triliun dan satu industri kulit dan produk kulit sebesar Rp 4,12 triliun.
Pemerintah terus memacu daya saing produk industri dalam negeri agar dapat memenangkan persaingan global. Salah satu strategi yang ditempuh Kementerian Perindustrian misalnya dengan mengusulkan insentif berupa pemotongan pajak penghasilan (PPh) untuk industri padat karya yang berorientasi ekspor.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto sebelumnya menyebutkan program ini bertujuan untuk mendongrak performa sejumlah industri padat karya berorientasi ekspor,termasuk industri alas kaki. Selain itu, ada pula industri farmasi, kosmetik dan obat tradisional, serta industri kreatif berupa kerajinan, mode, serta perhiasan.