TEMPO.CO, Jakarta – Harga telur ayam masih belum terangkat setelah tiga pekan pemberlakuan kebijakan SK Mentan tentang Pengurangan DOC FS Broiler, DOC FS Jantan Layer, dan FS Ayam Layer.
SK Mentan itu mengatur soal pengurangan populasi benih ayam pedaging (broiler) dan ayam petelur yang akan dibudidayakan para peternak.
Sekretaris Jenderal Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (Gopan) Sugeng Wahyudi menyatakan harga telur ayam masih di bawah rata-rata harga pokok produksi sebesar Rp 17.500 per kg, seperti di Blitar dan sekitarnya Rp 13.800 per kg, serta Bogor dan sekitarnya Rp 15.800 per kg.
Sugeng menyebutkan peternak telur masih dihadapkan pada mahalnya harga jagung sebagai 50 persen komposisi pakan ternak. Sedangkan pakan ternak berkontribusi pada 70 persen biaya produksi.
Sejak Senin, 10 April 2017, Bulog mengeluarkan stok jagung sebanyak 122.671 ton dan membagikannyya kepada peternak mandiri sesuai dengan kebutuhan tiap daerah. Dengan demikian, peternak dapat memperoleh jagung sesuai dengan harga acuan, yakni Rp 3.150 per kg, di bawah harga pasar Rp 4.500 per kg.
”Diharapkan itu bisa membantu keberlangsungan peternak telur,” tutur Sugeng, Senin, 17 April 2017.
Lihat:
Pendapatan Tembus Rp 86 Triliun, Uber Masih Rugi Rp 37,1 Triliun
Orang Indonesia: Beli Rumah di Australia, Beli Apartemen di Singapura
Iran Dukung OPEC Perpanjang Pemangkasan Produksi Minyak
Selain pengurangan DOC layer, kata dia, peternak meminta pemerintah memperketat izin impor tepung telur seperti disampaikan pada Rapat Kerja bersama Kementan, Kemendag, KPPU, dan Komisi 6 beberapa waktu lalu. Meski masih dalam volume kecil, menurut Sugeng, impor tepung telur berkontribusi pada jatuhnya harga telur ayam dalam negeri.
”Artinya, porsi tersebut seharusnya bisa dipenuhi dalam negeri. Daya serap bisa dipenuhi dari telur lokal.”
Pusat data dan informasi Kementerian Pertanian menyebutkan, volume impor telur dikeringkan tahun ini sebesar 1.068 ton, naik dibanding tahun sebelumnya, yang sebesar 851,7 ton. Sedangkan volume impor kuning telur dikeringkan pada 2016 sebesar 463,3 ton, naik dibanding tahun sebelumnya, yang sebesar 458,5 ton.
Direktur Kesehatan Hewan Fajar Sumping menyatakan impor tepung telur jika dikonversikan dengan butir telur hanya 1 persen dari total produksi telur nasional. Tepung telur salah satunya banyak didatangkan dari India. Tepung telur banyak digunakan oleh industri kue skala besar yang mensyaratkan teknis tertentu yang harus dipenuhi, seperti daya rekat dan proses fermentasi.