TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan jaringan layanan transportasi berbasis aplikasi asal Amerika Serikat, Uber Technologies Inc, mengumumkan berhasil membukukan US$ 6,5 miliar (Rp 86,15 triliun) dengan angka pemesanan kotor menembus US$ 20 miliar (Rp 265,1 triliun). Meskipun pendapatan itu naik, tapi perusahaan masih mencatatkan rugi bersih US$ 2,8 miliar (Rp 37,1 triliun).
Kerugian itu termasuk operasi di Cina yang didivestasi tahun lalu. Nilai valuasi perusahaan Uber kini diprediksikan mencapai US$ 68 miliar (Rp 901 triliun). Sebagai perusahaan tertutup, Uber tidak melaporkan keuangannya secara berkala kepada publik. Seperti dilansir Reuters, dikutip Ahad, 16 April 2017, Uber tidak melaporkan pendapatan mereka pada kuartal I 2017. Namun juru bicara Uber mengonfirmasi bahwa omzet di kuartal I tahun ini sesuai target.
Baca : Rata-Rata Nilai Transaksi Harian BEI Melonjak 118 Persen
Pada kuartal terakhir 2016, pemesanan kotor Uber meningkat 28 persen dari kuartal sebelumnya menjadi US$ 6,9 miliar. Kerugian Uber naik menjadi US$ 991 juta pada periode tersebut, meski pendapatan perusahaan tumbuh 74 persen menjadi $ 2,9 miliar dibandingkan kuartal III.
General Manager Regional Uber untuk Amerika Serikat dan Kanada, Rachel Holt, mengatakan pihaknya merasa beruntung memiliki bisnis yang sehat dan berkembang. Dengan tumbuhnya bisnis tersebut, kata dia, memberikan Uber ruang untuk membuat perubahan di perusahaan. "Perubahan pada manajemen dan akuntabilitas, budaya, dan organisasi kami, dan hubungan kami dengan para pengendara,” katanya mengungkapkan.
Baca: Elpiji Langka, Warga Mesuji Gunakan Kayu Bakar
Uber telah diguncang sejumlah isu kemunduran akhir-akhir ini, termasuk tuduhan tentang pelecehan seksual dari seorang mantan pegawai wanita dan sebuah video yang menunjukkan Chief Executive, Travis Kalanick, dengan keras memarahi seorang sopir Uber.
Perusahaan sedang dalam proses merekrut seorang Chief Operating Officer untuk membantu Kalanick mengelola Uber, memperbaiki citra yang telah ternoda, dan memperbaiki budaya perusahaan. Dua eksekutif tingkat tinggi Uber baru-baru ini mengatakan mereka berniat untuk mengundurkan diri, dan pekan lalu kepala komunikasi perusahaan itu mengumumkan pengunduran diri mereka.
REUTERS | DIKO OKTARA