TEMPO.CO, News York - Sejumlah eksekutif bank di Amerika Serikat mulai meragukan agenda pro-pertumbuhan yang dicanangkan oleh Presiden Donald Trump. Pasalnya, sejumlah bank mencatat pelemahan pertumbuhan kredit hingga kuartal pertama tahun ini.
“Kami semua ingin melihat bahwa apakah masih ada pertumbuhan kedepannya, karena harus memastikan hal tersebut sebelum menjalan strategi bisnis,” ujar Chief Financial Officer Wells Fargo, John Shrewsberry seperti dikutip dari The New York
Times.
Baca: Bankir Eropa Diminta Tanggapi Positif Kebijakan Donald Trump
Wells Fargo mengumumkan kredit pada triwulan I 2101 hanya bertumbuh tipis 1 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Begitu pula dengan Citigroup juga hanya membukukan pertumbuhan kredit sebesar 2 persen. Data dari bank sentral Amerika, The Fed, juga menunjukkan jika kredit untuk sektor manufaktur dan energi terus menurun.
Shrewsberry mengatakan kalangan pebisnis memang semula optimistis dengan agenda pro-pertumbuhan Donald Trump, terutama setelah pemilihan umum Februari lalu. Namun optimisme tersebut pudar setelah usaha pemerintah untuk mengganti Obamacare pada bulan lalu, menemui kegagalan. Pembukuan hutang baru oleh pemerintah, dan tren kenaikan suku bunga The Fed, yang akan membuat pinjaman bank semakin mahal, juga menimbulkan kecemasan di kalangan pebisnis.
Dikutip dari tradingeconomics.com, pertumbuhan kredit sektor industri dan perdagangan secara umum mengalami pelemahan dari USD 2.100,46 miliar pada Januari 2017, menjadi USD 2.096,03 miliar pada Februari 2017. Sementara, pada periode yang sama pada tahun lalu justru terjadi pertumbuhan. “Jika tren ini terus berlanjut, maka ini harus menjadi perhatian pemerintah. Ini menjadi sinyal jika ekonomi Amerika saat ini semakin melemah,” kata Leo Mourelatos, analis resiko dari BMI Research.
Simak: Donald Trump Kaget Hadapi Beban Pekerjaan Jadi ...
Sejumlah ekonom berpendapat pelemahan pertumbuhan kredit ini dipicu oleh penurunan di sektor energi karena harga minyak mentah yang masih rendah. Faktor lain adalah karena perusahaan besar memanfaatkan pasar obligasi untuk
pembiayaan.
Pendapat berbeda dikemukakan oleh Jamie Dimoh, Kepala Ekskutif JPMorgan Chase. Jamie menilai kalangan pebisnis dan konsumen Amerika Serikat masih meyakini bahwa ekonomi Amerika akan tumbuh membaik. “Saya tidak bereaksi berlebihan
terhadap pertumbuhan pinjaman dalam jangka pendek seperti ini, pemerintah pasti butuh waktu,” ujarnya. JP Morgan Chase membukukan pertumbuhan kredit hingga 6 persen dibandingkan periode sama tahun lalu.
FAJAR FEBRIANTO|SETIAWAN ADIWIJAYA