TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), Kartika Wirjoatmodjo, mengatakan akan ada tambahan alokasi dana dari rencana anggaran awal untuk biaya operasi proyek kereta api ringan (LRT) Jakarta – Bogor – Depok – Bekasi (Jabodebek) nantinya.
Alokasi tambahan itu dipertimbangkan jika ternyata tarif dan jumlah penumpang tak memadai. Skema tersebut akan menjadi skema pendanaan proyek ini selain skema penjaminan.
"Itu kalau traffic dan tarifnya tak memadai, akan ada tambahan alokasi dari budget," kata Kartika saat ditemui di Hotel Ritz Carlton, SCBD, Jakarta, Kamis, 13 April 2017.
Baca : Ditjen Pajak Kunjungi Otoritas Jepang Bahas Pertukaran Informasi
Namun menurut Kartika, tambahan alokasi dana itu tidak dilakukan di tahun pertama, karena biaya operasi di tahun pertama akan ditanggung penyertaan modal negara kepada operator yakni PT Kereta Api (Persero). Dia juga mengungkapkan saat ini biaya pembangunan LRT juga sedang dihitung ulang.
Menurut Kartika biaya pembangunan LRT sedang dihitung ulang untuk melihat ketersediaan anggaran. Dari sisi perbankan, Bank Mandiri akan meminjamkan dana juga dengan mempertimbangkan biaya proyek ini. “Tergantung cost project, mungkin rangenya Rp 16-18 triliun berasal dari perbankan,” ungkapnya.
Baca : Kuartal I 2017, BNI Catat Laba Rp 2,32 Triliun
Pinjaman perbankan yang direncanakan sebesar Rp 16-18 triliun akan berasal dari Bank Mandiri, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), serta PT Sarana Multi Infrastruktur atau SMI. Kartika menjelaskan kucuran dana akan dilakukan bertahap selama tiga tahun. "Kalau jadi porsi dari kami 25-30 persen, kami buka partisipasi bank swasta dan bank pembangunan daerah (BPD)," ujarnya.
Sebelumnya usai rapat di Kementerian Koordinator Kemaritiman kemarin, Kartika menyatakan Bank Mandiri menyiapkan dana sebesar Rp 4-5 triliun untuk proyek LRT Jabodebek. Untuk tahun ini diperkirakan akan cair Rp 4 triliun.
DIKO OKTARA