TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah pengembang apartemen di Jakarta memasang target pertumbuhan penjualan yang lebih tinggi sepanjang tahun ini dibandingkan dengan perolehan tahun sebelumnya.
Colliers International Indonesia mencatat setidaknya pengembang menginginkan pertumbuhan lebih dari 15 persen. Senior Associate Director Collier International Indonesia Ferry Salanto mengatakan, meski hasil kinerja penjualan dan per tumbuhan harga pada kuartal pertama tahun ini lalu belum menunjukkan perubahan yang signifikan, nyatanya tidak mengurangi optimisme pelaku usaha. Selain dari pematokan target, atmosfir kepercayaan diri akan industri yang lebih baik pada tahun ini juga tercermin dari rencana lima proyek apartemen baru di Jakarta.
Dari lima proyek ter sebut tahun ini diperkirakan Jakarta akan menerima 50.525 unit apartemen baik dari proyek lanjutan maupun terbaru. “Meski kuartal pertama lalu belum terlihat baik, banyak optimisme yang datang karena harapan dari program kebijakan amnesti pajak. Pasalnya, mau tidak mau uang yang masuk harus di investasikan di Indonesia selama 3 tahun, para pengusaha optimistis ini akan banyak mengalir pada produk apartemen,” katanya dalam paparan kinerja kuartal I/2017, pekan ini.
Ferry menuturkan, pasokan yang akan datang hingga 2019 yakni 2.790 unit yang akan meng aku mulasikan total keseluruhan apartemen di Jakarta se banyak 187.828 unit. Kesemuanya dipastikan menyasar segmen jual sebab belum ada lagi rencana penambahan untuk apartemen sewa.
Menurut dia, pasokan yang tinggi hingga 2019 dipastikan masih akan mengakibatkan perlambatan pertumbuhan harga tiap unit apartemen. Sepanjang kuartal I/2017, Colliers hanya mencatat ke naikan harga 1,40 persen secara kuartal dan 4 persen secara tahunan dengan rata-rata harga jual Rp 32,10 juta per meter persegi. Padahal, idealnya kenaikan harga pada unit apartemen adalah 10 persen — 15 persen sehingga kinerja apartemen dalam jangka pendek ini dipastikan belum sesuai dengan harapan.
“Intinya apapun yang terjadi dalam siklus industri, optimisme pengusaha tetap menjadi ujung tom baknya. Kami juga melihat ta hun ini pengembang akan lebih kreatif dalam menarik konsumen.”
Head of Research Jones Lang LaSalle (JLL) Indonesia James Taylor mengatakan, kondisi ekonomi nasional yang belum stabil banyak memaksa pengusaha banting setir dari fokus penjualan apartemen menengah atas menjadi apartemen menengah bawah. Apalagi, lanjutnya, adanya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 35/ PMK.010/2017 tentang Penjualan Barang Mewah sudah efektif diberlakukan pada awal bulan lalu. Hal itu menambah tekanan pada penjualan apartemen mewah karena beban pajak penjualannya cukup tinggi.
“Tingkat rata-rata penjualan hingga kuartal pertama 2017 berada di level 67 persen yang artinya masih rendah jika dibandingkan dengan periode pertengahan 2015 yang 80 persen,” kata Taylor.
Dari seluruh penjualan, sekitar 60 persen merupakan hasil dari unit apar temen kelas menengah, 20 persen dari apartemen kelas bawah, dan tidak sampai 20 persen untuk penjualan kelas atas. Hal tersebut juga membuat pelaku usaha mengecilkan ukuran unit agar dapat menekan harga sehingga mengakomodasi dari permintaan terbanyak, yakni masyarakat kelas menengah.
Berdasarkan riset Jakarta Property Market Update JLL Kuartal I/2017, proyek apartemen yang diluncurkan tahun ini seluruhnya menyasar kelas menengah ke bawah. Totalnya sebanyak tiga proyek dengan 1.333 unit. Proyek tersebut adalah Daan Mogot City (menara Canary sebanyak 308 unit), Permata Hijau Suites (menara Ivory 329 unit), dan East 8 (menara B sebanyak 696 unit).