TEMPO.CO, Semarang - Badan Ekonomi Kreatif Indonesia (Bekraf) tahun ini akan fokus pada optimalisasi enam dari 16 subsektor ekonomi kreatif yang ada di bawah pengembangan lembaga negara itu. Direktur Hubungan Antar Lembaga Dalam Negeri Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Indonesia Hassan Abud mengatakan, dari keenam subsektor yang difokuskan tersebut, tiga di antaranya kriya, kuliner, dan fashion, menjadi prioritas dan sisanya, film, aplikasi termasuk pengembangan game, serta musik menjadi bidang unggulan.
Adapun 10 subsektor lain adalah arsitektur dan desain interior, desain komunikasi visual, desain produk, animasi video, fotografi, penerbitan, periklanan, seni pertunjukan, seni rupa, serta televisi dan radio. “Dari data potensi di setiap daerah, kriya, kuliner, dan fashion hampir di setiap daerah ada. Kalau yang prioritas, biasanya ada keunikan, seperti dangdut menjadi musik global. Orang yang mendengar dangdut, tahu itu dari Indonesia, sifatnya lebih unik,” kata Hasan.
Baca: DKI Ajak Pengusaha Muda Kembangkan Ekonomi Kreatif Betawi
Selain itu, menurut dia, untuk mengembangkan ekonomi kreatif di seluruh Indonesia, pihaknya akan gencar bekerja sama dengan pemerintah daerah. Sehingga pihaknya di pusat dapat menggabungkan masing-masing potensi yang ada di daerah.
Untuk itu, pihaknya membutuhkan bantuan dari pemerintah daerah dalam memetakan potensi yang masuk ke 16 subsektor sehingga bisa dikembangkan secara berkelanjutan.
Baca: Jokowi Undang Pengusaha Korea Investasi Usaha Kreatif
Jika kerja sama dengan pemerintah daerah sudah terjalin dan pemetaan sudah dilakukan, pihaknya dapat mendorong pengembangan ekonomi kreatif, mulai proses kreasi, produksi, distribusi, pemasaran kepada konsumen, hingga konservasi.
“Jadi dari hulu sampai hilir kami bantu, kami pun bisa memberikan pelatihan, sertifikasi, kemudahan pemodalan pemasaran baik dalam dan luar negeri, hingga kalau perlu perlindungan hak kekayaan intelektualnya,” ujar Hasan.
Di sisi lain, dia mengatakan, ada pula kendala dalam pengembangan ekonomi kreatif ini. Seperti jika saat sebuah produk dipasarkan dan ternyata permintaannya membesar, produsen masih kesulitan memenuhi karena skala usahanya masih industri rumahan.