TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Semen Indonesia (Persero) Tbk Rizkan Chandra menceritakan proses pembangunan pabrik semen di Rembang, Jawa Tengah. Menurut dia, prosesnya sudah dimulai pada 2010.
Izin pertama dan analisis mengenai dampak lingkungan atau amdal keluar pada 2012. Semen Indonesia juga memenuhi prosedur, termasuk sosialisasi dan meminta pendapat masyarakat.
Baca: Kenang Patmi, Peserta Aksi Dipasung Semen 2 Pasang Nisan
“Untuk izin lingkungan baru dilalui proses yang sama, dimulai sidang komisi penilai amdal. Pada 2 Februari lalu, semua pihak diundang, baik yang setuju maupun yang tidak setuju pembangunan pabrik. Semua hadir, dokumennya juga ada,” kata Rizkan kepada wartawan di kantornya, The East Tower lantai 18, Jakarta, Rabu, 22 Maret 2017.
Rizkan menjelaskan, dalam hasil sidang itu, secara teknis, pembangunan pabrik dinyatakan layak. Semen Indonesia, kata dia, juga mencatat masukan dari pihak yang keberatan. “Kenapa diluluskan? Tentu sudah melalui pertimbangan melihat berapa yang setuju dan yang tidak setuju,” ujarnya.
Lantas, apa yang dijanjikan Semen Indonesia kepada warga pegunungan Kendeng? Rizkan mengatakan kondisi di Rembang dengan pabrik Semen Indonesia di Tuban, Jawa Timur, hampir sama, yakni berupa pegunungan kapur dan tandus. Pada waktu Semen Indonesia masuk ke Tuban, kata dia, level kemiskinan secara kabupaten 20 persen.
“Tapi di daerah pegunungan kapur biasanya tingkat kemiskinan jauh lebih tinggi, contohnya, di Rembang 19,5 persen,” ujarnya. Di lima desa yang terdapat pabrik ataupun penambangan, tingkat kemiskinannnya lebih tinggi, sekitar 45-80 persen.
Menurut Rizkan, tingkat kemiskinan di Tuban kini 14 persen. “Di Rembang seperti moto kami, kami berbuat untuk Indonesia,” kata dia. “Tujuan kami di sana bukan membuat pabrik semen, tapi bagaimana kami meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang ada di sana.”
Rizkan mengklaim Tuban sebagai buktinya. Dia melanjutkan, salah satu kesulitan warga di Rembang selain kemiskinan adalah air. Hal itu, kata dia, sama dengan Tuban. Kini, Semen Indonesia telah membuat dua embung di Rembang sebelum pabrik beroperasi, yang berlokasi di daerah pabrik dan di Desa Tegaldowo. Ada juga di dua desa yang masuk ring 1 pabrik.
“Semen Indonesia membuat pipa dan pompa sehingga masyarakat yang tidak pernah melihat air di tanahnya sekarang merasakan air di sana,” kata Rizkan. “Tujuan kami ke sana adalah bermanfaat untuk lingkungan kita, seperti yang kami lakukan di Tuban.”
REZKI ALVIONITASARI