TEMPO.CO, Jakarta - Premi industri asuransi umum dari lini bisnis asuransi pengangkutan masih tersendat meskipun harga komoditas menunjukkan tren peningkatan. Chief Underwriting Offi cer PT Asuransi Adira Dinamika (Adira Insurance) Rismauli Silaban mengatakan, hingga saat ini pihaknya belum merasakan dampak positif dari kenaikan harga komoditas.
Belum ada pertumbuhan signifi kan produksi premi lini bisnis asuransi pengangkutan baik melalui jalur laut, udara, maupun darat. Dia menuturkan, pendapatan premi dari lini bisnis asuransi pengangkutan pada tahun lalu cenderung stagnan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kontribusi premi dari lini bisnis tersebut masih rendah yaitu sekitar 1 persen.
Menurutnya, produksi dari lini tersebut sepanjang tahun ini diprediksi masih akan sulit untuk tumbuh tinggi. Pasalnya, beberapa pelaku usaha masih cenderung memantau potensi penurunan kembali harga komoditas.
“Jika kenaikan harga komoditas bisa tetap stabil, dan pertumbuhan ekonomi bisa tumbuh lebih baik dari tahun lalu, kami perkirakan produksi asuransi pengangkutan bisa naik. Meskipun kenaikannya belum terlalu tinggi,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (20 Maret 2017).
PT Binagriya Upakara juga belum merasakan dampak kenaikan harga komoditas terhadap produksi lini bisnis asuransi pengangkutan. Direktur Utama Binagriya Dadang Sukresna mengatakan pada tahun lalu realisasi produksi dari lini bisnis tersebut justru mencatatkan penurunan 3,4 persen.
Dia mengungkapkan, pada 2015 pendapatan premi dari asuransi pengangkutan mencapai Rp3,62 miliar, sedangkan pada 2016 realisasinya turun menjadi hanya Rp3,5 miliar. Adapun, kontribusi lini tersebut terhadap total pendapatan premi perseroan hanya 2,5 persen.
“Saat ini peningkatan premi dari lini usaha pengangkutan belum terasa, tetapi kami akan lihat dulu bagaimana kondisi pasar di semester pertama tahun ini,” katanya.
Sepanjang 2017, Binagriya menargetkan pendapatan premi bisa tumbuh sekitar 20 persen jika dibandingkan dengan capaian tahun lalu Rp135,7 miliar. Adapun, lini bisnis yang menjadi penyumbang terbesar terhadap pendapatan premi perusahaan ialah asuransi harta benda dengan porsi 68 persen dari total pendapatan premi. Kemudian, disusul asuransi aneka 9 persen dan asuransi kendaraan bermotor 7 persen.
Direktur Utama Aspan Budi Herawan menyatakan untuk memacu pertumbuhan premi dan mengantisipasi penurunan produksi pada lini bisnis asuransi pengangkutan, pada tahun lalu perseroan mulai menurunkan porsi bisnis dari lini bisnis tersebut. Budi menjelaskan, pada 2015 kontribusi premi dari asuransi pengangkutan masih mencapai kisaran 20 persen, sedangkan pada 2016 kontribusinya menurun menjadi hanya sekitar 7 persen.
Menurutnya, untuk tetap mencapai target pertumbuhan ditengah penurunan produksi dari bisnis pengangkutan, perseroan akan fokus mengembangkan lini bisnis asuransi harta benda dan kendaraan. Dia menjelaskan, sampai saat ini lini bisnis harta benda menjadi kontributor utama terhadap total pendapatan premi perusahaan dengan porsi sekitar 30 persen.