TEMPO.CO, Makassar - Menteri Pertanian Amran Sulaiman menganggarkan sekitar Rp 7 triliun, untuk penerapan teknologi pertanian yang bekerja sama dengan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Pasalnya ia berharap atensi pada penerapan teknologi tersebut mampu meningkatkan produksi pertanian Indonesia.
Baca: `Jalur Tikus`, Menteri Amran Mau Rebut Pasar Pangan
"Alatnya saja sekitar Rp 2-3 triliun, jadi secara keseluruhan teknologi itu dananya berkisar Rp 7 triliun," kata Amran seusai Temu Informasi Inovasi Teknologi Pertanian di kampus UMI Makassar, Jumat, 17 Maret 2017.
Ia menjelaskan penerapan teknologi itu untuk mendukung program ketahanan pangan karena target swasembada pangan harus terus meningkat. Sebab pertanian Indonesia tak bisa berubah tanpa teknologi. "Nah dan teknologi itu gudangnya ada di kampus-kampus. Makanya, saya minta para guru besar, doktor, dan dosen untuk turut membantu," imbuh Amran.
Baca: Menteri Amran Bakal Swasembadakan Kawasan Timur
Oleh karena itu, ia menginginkan seluruh daerah meniru inovasi pertanian di Indramayu. Inovasi di Indramayu membuat hasil produksi pangan meningkat hingga dua kali lipat. Sehingga target Indonesia menjadi lumbung pangan dunia bisa tercapai 2045.
Menurut dia, saat ini pihaknya terus menggenjot penerapan teknologi untuk meningkatkan produksi pertanian. Selain itu, ia mendorong terlahirnya riset-riset untuk peningkatan produksi pertanian. "Tapi kampus juga harus memiliki inovasi yang bisa dirasakan langsung bagi kepentingan rakyat.”
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Mohammad Nasir, mengakui jika berbagai macam riset dan inovasi dari komoditas pertanian telah dilakukan dan itu berhasil.
"Jadi kita tak hanya fokus di jagung, kedelai, dan padi saja," tutur Nasir. "Karena saat ini Indonesia memiliki pusat riset kopi terbaik di dunia, yakni di Jember. Dan itu digunakan di dalam serta luar negeri."
DIDIT HARIYADI