TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan, Nurhaida, mengatakan investor ritel di pasar modal Indonesia mencapai 1 juta investor tahun ini. Namun jumlahnya dinilai masih terlalu kecil.
Nurhaida mengatakan jumlah investor ritel melonjak dalam dua tahun dari sekitar 400 ribu investor. "Ini capaian yang luar biasa, prestasi besar," kata dia di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Sabtu, 18 Maret 2017.
Sayangnya, jumlah investor ritel masih sangat sedikit jika dibandingkan dengan total penduduk Indonesia. Nurhaida mengatakan porsinya baru 0,39 persen dari sekitar 250 juta penduduk Indonesia. Di negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura, jumlah investor pasar modal mereka bisa mencapai 30 persen dari total penduduk.
Nurhaida mengatakan Indonesia masih perlu meningkatkan jumlah investor. OJK bersama BEI telah melakulan sosialisasi ke berbagai tempat. Namun literasi atau pengetahuan mengenai pasar modal menjadi kendala.
Nurhaida mengatakan masyarakat yang memahami pasar modal hanya 3,8 persen pada 2013. Sementara yang memanfaatkan pengetahuan tersebut dengan terjun langsung di pasar modal hanya 0,1 persen.
Literasi mengenai pasar modal sudah meningkat tiga tahun kemudian. Nurhaida mengatakan literasi naik 4,4 persen dan utilisasi naik menjadi 1,25 persen. "Sebetulnya arah meningkatkan literasi sudah pada track yang benar namun perlu lebih massive lagi," kata dia.
Nurhaida mengatakan literasi mengenai pasar modal penting untuk mengembangkan pasar modal. Ia berharap pasar modal akan menjadi tulang punggung pertumbuhan ekonomi.
Dalam rencana pembangunan jangka menengah Indonesia, program pembangunan infrastruktur membutuhkan dana hampir Rp 5.000 triliun. Sebanyak 30 persen dana pembangunan mengandalkan APBN, 11 persen dari APBD, dan 22 persen dari BUMN. Nurhaida mengatakan 37 persen dana lainnya diharapkan dari sektor keuangan.
VINDRY FLORENTIN