TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Tirta Segara mengatakan kondisi sistem keuangan Indonesia saat ini cukup stabil. Hal ini didukung oleh ketahanan industri perbankan dan stabilitas pasar keuangan.
Pelonggaran kebijakan moneter dan makroprudensial BI berhasil menurunkan suku bunga deposito dan suku bunga kredit. "Suku bunga deposito turun 128 basis poin dan suku bunga kredit turun 80 basis poin," kata Tirta dalam konferensi persnya usai Rapat Dewan Gubernur BI di Kompleks BI, Jakarta Pusat, Kamis, 16 Maret 2017.
Berdasarkan jenisnya, suku bunga kredit modal kerja mengalami penurunan terbesar, yakni 112 basis poin. Adapun suku bunga kredit investasi turun 95 basis poin dan suku bunga kredit konsumsi turun 30 basis poin. "Pertumbuhan kredit Januari 2017 tercatat sebesar 8,3 persen, lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar 7,9 persen," ujar Tirta.
Menurut Tirta, pertumbuhan kredit masih terbatas karena terus berlanjutnya konsolidasi yang dilakukan korporasi dan masih terbatasnya permintaan kredit. "Di sisi lain, pertumbuhan dana pihak ketiga pada Januari 2017 tercatat sebesar 10 persen. Sementara itu, pembiyaan ekonomi melalui pasar modal terus meningkat," tuturnya.
Sejalan dengan peningkatan aktivitas ekonomi dan dampak pelonggaran kebijakan moneter dan makroprudensial yang telah dilakukan BI, Tirta mengatakan, pertumbuhan kredit dan dana pihak ketiga sepanjang 2017 akan lebih baik. Pertumbuhan kredit ditargetkan tumbuh sekitar 10-12 persen. Adapun pertumbuhan dana pihak ketiga 9-11 persen.
Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi Moneter BI Dody Budi Waluyo mengatakan, pertumbuhan kredit akan terus meningkat seiring dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-IV. "Kami optimis. Di bulan apa kenaikannya, kami tidak bisa sampaikan. Namun, masih di range 10-12 persen," katanya.
Dody berharap, konsolidasi korporasi akan segera rampung sehingga perbankan tak lagi enggan untuk melakukan ekpansi kredit dengan lebih agresif. "Konsolidasi juga menyebabkan penurunan suku bunga kredit terhambat karena perbankan masih menanggung biaya non performing loan (NPL) dan biaya lain-lain," tuturnya.
Di sisi lain, Dody menambahkan, pembiayaan untuk perekonomian melalui pasar modal meningkat, baik melalui penerbitan saham (IPO dan right issue), obligasi korporasi, maupun medium term notes (MTN). "Itu menunjukkan beralihnya korporasi ke pasar non perbankan. Jadi tidak hanya bank loan saja tapi juga financing non perbankan."
ANGELINA ANJAR SAWITRI