TEMPO.CO, Jakarta - PT Indosat Tbk atau Indosat Ooredoo mengakhiri kinerja perusahaan 2016 dengan mencatat kinerja positif. Emiten berkode saham ISAT itu berhasil membukukan laba bersih positif Rp 1,1 triliun atau meningkat 184,4 persen dibanding periode yang sama tahun lalu, yang mencatat rugi Rp 1,31 triliun.
Presiden Direktur Indosat Oreedoo Alexander Rusli mengatakan, sejalan dengan kenaikan laba, perusahaan juga mencatat pertumbuhan pendapatan konsolidasian sebesar 9,0 persen menjadi Rp 29,18 dibandingkan dengan 2015, yakni sebesar Rp 26,76 triliun.
“Keberhasilan membukukan laba bersih positif merupakan hasil dari peningkatan operasional, yang didukung oleh pergerakan mata uang yang stabil dan utang dalam mata uang asing lebih rendah,” tutur Rusli dalam siaran resmi Indosat Oreedoo, Kamis, 16 Maret 2017.
Baca: Edukasi Pasar Modal Indosat untuk Finalis ISTC
Dalam laporan keuangan yang dirilis perseroan, EBITDA Indosat tumbuh 12,1 persen menjadi Rp 12,9 triliun dibanding tahun sebelumnya Rp 11,5 triliun, dengan margin EBITDA sebesar Rp 44,1 persen. Meski demikian, beban biaya ikut mengalami peningkatan sebesar 3,4 persen menjadi Rp 25,2 triliun dibanding periode yang sama pada 2015 di Rp 24,4 triliun.
Adapun untuk pendapatan seluler, MIDI, dan telekomunikasi, masing-masing tetap memberikan kontribusi sebesar 83 persen, 14 persen, dan 3 persen terhadap pendapatan konsolidasian Perusahaan.
Pendapatan seluler meningkat 10,0 persen menjadi Rp 24,09 triliun dibanding periode 2015 sebesar Rp 21,89 triliun. Hal ini utamanya disebabkan oleh peningkatan pendapatan data, telepon, SMS, dan VAS yang diimbangi dengan penurunan dari pendapatan interkoneksi.
Simak: Indosat Ooredoo Beralih ke Teknologi 4,5G Tahun Ini
Sementara itu, pendapatan MIDI meningkat sebesar 10,0 persen dibanding tahun 2015, utamanya disebabkan oleh pertumbuhan bisnis layanan IT dengan kontribusi dari Lintasarta, salah satu anak perusahaan Indosat Ooredoo. Namun pendapatan telekomunikasi tetap mengalami penurunan sebesar 14,3 persen dibanding 2015 yang disebabkan oleh turunnya traffic dan menguatnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
Rusli menuturkan, perusahaan terus mengembangkan jaringan telekomunikasinya secara nasional dengan menambah 5.796 base transceiver station (BTS). Adapun 57 persen BTS merupakan BTS 3G dan 4G untuk menunjang pertumbuhan penggunaan data.
Jumlah pelanggan seluler pada 2016 meningkat sebesar 16 juta pelanggan dibandingkan dengan tahun 2015, di mana ini merupakan hasil dari penawaran paket-paket menarik yang sesuai dengan gaya hidup pelanggan. “Jumlah pelanggan seluler pada akhir 2016 mencapai 85,7 juta pelanggan,” tutur Rusli.
Simak: Kementerian ESDM Konversikan Limbah Sawit Jadi Energi Listrik
Sementara itu, porsi utang perseroan dalam dolar Amerika turun 58,3 persen dari US$ 432,1 juta (mewakili 25 persen dari total utang) pada 2015 menjadi sebesar US$ 180,0 juta (mewakili 12 persen dari total utang). “Indosat Ooredoo melanjutkan inisiatifnya untuk mengurangi pengaruh fluktuasi mata uang terhadap laba/rugi bersih perusahaan,” kata Rusli.
Adapun total utang dari pinjaman bank dan obligasi juga mengalami penurunan sebesar Rp 3,5 triliun atau sebesar 14,8 persen dibanding tahun lalu, Rp 3,9 triliun.
DESTRIANITA