TEMPO.CO, Jakarta - Analis Senior PT Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada, memperkirakan pergerakan pasar obligasi cenderung variatif. "Sejumlah yield yang turun memberikan penilaian akan adanya pergerakan positif dari sejumlah obligasi meski masih terbatas," kata dia seperti dilansir keterangan tertulis, Selasa, 14 Maret 2017.
Reza mengatakan pelaku pasar masih akan memperhatikan sentimen dan pergerakan obligasi global menjelang pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Market Committee/FOMC). Pertemuan tersebut digelar pada 14-15 Maret 2017 waktu Amerika Serikat.
Baca: Jelang Pertemuan The Fed, Waspadai Potensi Pelemahan Rupiah
Menurut Reza, pergerakan sejumlah harga obligasi, khususnya harga surat utang negara (SUN), terlihat sudah mulai membaik dibanding sebelumnya. Perbaikan terlihat dari meningkatnya harga sejumlah SUN dan turunnya besaran yield untuk setiap tenor. Tenor untuk jangka panjang pun mengalami penurunan atau lebih rendah dari sebelumnya.
Reza mengatakan imbas dari pelemahan nilai tukar rupiah membuat pergerakan harga obligasi cenderung variatif. Selain itu, pelaku pasar melakukan aksi beli yang memanfaatkan sejumlah berita positif makroekonomi Indonesia.
Pergerakan masing-masing tenor, yakni untuk tenor pendek, 1-4 tahun, rata-rata mengalami kenaikan yield 2,38 basis poin. Sedangkan tenor menengah, 5-7 tahun, naik 0,003 basis poin dan tenor panjang, 8-30 tahun, turun 0,18 basis poin.
Reza mengatakan adanya aksi beli membuat sejumlah harga mulai mengalami peningkatan, tak terkecuali pada seri obligasi benchmark. Pada FR0061 yang memiliki waktu jatuh tempo ± 5 tahun dan harga 99,15 persen memiliki yield 7,196 persen. Harganya turun 2,52 basis poin dari sehari sebelumnya di harga 99,04 persen dengan yield 7,22 persen.
Baca: Sri Mulyani Sebut Faktor Ini Penggugur Calon Komisioner OJK
Untuk FR0072, yang memiliki waktu jatuh tempo ±20 tahun, harganya 102,50 persen dan yield 7,99 persen. Harganya turun 2,53 basis poin dari sehari sebelumnya di harga 101,25 persen dan yield 8,02 persen.
Kemarin, Senin, 13 Maret 2017, rata-rata harga obligasi pemerintah yang tercermin pada INDOBeX Government Clean Price turun 0,02 basis poin di level 112,498 dari sebelumnya di level 112,52 persen. Sedangkan rata-rata harga obligasi korporasi yang tercermin pada INDOBeX Corporate Clean Price turun 0,04 basis poin di level 106,74 persen dari sebelumnya di level 106,79 persen.
Laju yield obligasi korporasi mulai mengalami aksi jual meski masih cenderung terbatas. Pada obligasi korporasi dengan rating AAA yield untuk tenor 9-10 tahun rata-rata di kisaran level 9,38 persen -9,4 persen. Sementara pada obligasi korporasi dengan rating AA untuk tenor 9-10 tahun, yield berada di kisaran level 9,97-10 persen.
Baca: Bisnis Payroll, Bank Mandiri Kembangkan Konsep Banking at Work
Untuk rating A dengan tenor 9-10 tahun , yield berada di kisaran 11-11,02 persen. Sementara pada rating BBB, yield berada di kisaran 13,95-13,96 persen.
Hari ini, pemerintah menawarkan lima seri obligasi negara. Jumlah indikatif SBSN yang dilelang Rp 15 triliun dengan target maksimal Rp 22,5 triliun.
Berikut ini kelima seri obligasi tersebut.
1. Seri SPN03170615 (penerbitan baru) dengan pembayaran imbal hasil secara diskonto dan jatuh tempo 15 Juni 2017.
2. Seri SPN12180301 (penerbitan kembali) dengan pembayaran imbal hasil diskonto dan jatuh tempo 1 Maret 2018.
3. Seri FR0061 (penerbitan kembali) dengan tingkat imbal hasil 7,00 persen dan jatuh tempo 15 Mei 2022.
4. Seri FR0074 (penerbitan kembali) dengan tingkat bunga 7,50 persen dan jatuh tempo 15 Agustus 2032.
5. Seri FR0072 (penerbitan kembali) dengan tingkat bunga 8,25 persen dan jatuh tempo 15 Mei 2036.
VINDRY FLORENTIN