TEMPO.CO, Jakarta - Upaya Pemerintah Indonesia meningkatkan nilai ekspor produk industri ke Iran perlu didukung kerjasama bilateral sektor perbankan agar dapat memfasilitasi transaksi pengusaha kedua negara.
Tanpa kesepakatan bilateral, mekanisme pembayaran tetap seperti saat ini, yakni harus melalui perbankan negara ketiga, seperti Uni Emirat Arab, Turki, atau Malaysia.
“Kendala utama adalah mekanisme transaksi pembayaran," kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto seusai bertemu dengan Duta Besar Indonesia untuk Iran, Octavino Alimudin, seperti disampaikan dalam keterangan tertulis Kemenperin yang diterima hari ini, Sabtu, 11 Maret 2017.
Lihat: Sebelum Raja Saudi Datang, Darmin Bawa Delegasi ke Iran
Menurut Menteri Airlangga, perbankan nasional, seperti Bank Indonesia dan lembaga Otoritas Jasa Keuangan mesti menjalin kerjasama dengan perbankan Iran untuk memberikan fasilitas finansial sehingga produk industri Indonesia bisa lebih banyak masuk ke Iran. Dia juag berharap, Iran menjadi penghubung Indonesia hub untuk memasuki pasar Asia Tengah dan Timur Tengah.
Produk Indonesia yang sudah diekspor ke Iran berupa karet alam, minyak sawit, kertas, ban, dan produk kimia. Sebaliknya, Indonesia mengimpor antara lain baja, petrokimia, mineral, dan bahan mentah untuk serat sintetis.
Dubes Octavino mengatakan, peluang peningkatan ekspor Indonesia ke Iran mulai dibicarakan lagi setelah adanya Sidang Komisi Bersama ke-12 Indonesia-Iran pada November 2016, kunjungan kerja Presiden RI Joko Widodo ke Iran pada Desember 2016, dan kunjungan kerja Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution ke Iran pada Februari 2017.
Simak:
BNI Targetkan 5.000 Rekening Baru di Ajang GATF
Ini Alasan Petahana Ikut Seleksi Calon Anggota DK OJK
BNI Bidik Transaksi Naik 17 Persen di Garuda Travel Fair 2017
“Di dalam pertemuan-pertemuan tersebut juga termasuk dibahas peningkatan ekspor Indonesia ke Iran di sektor industri," ujar Octavino. "Sehingga saya berkonsultasi dengan Bapak Menteri Airlangga untuk mengambil langkah-langkah agar bisa memperluas akses pasar produk kita ke Iran.”
Menurut Octavino, pada 2016 terjadi peningkatan transaksi perdagangan kedua negara sekitar 330 juta Dolar AS atau naik dibandingkan tahun sebelumnya yang 270 juta Dolar AS. “Capaian tersebut menunjukkan bahwa semakin besar produk Indonesia yang masuk ke Iran,” katanya.
Adapun Direktur Industri Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan Kementerian Perindustrian Abdul Rochim menuturkan, Airlangga dan Oktavino juga membahas rencana partisipasi Indonesia dalam pameran agrofood Iran, yakni International Agriculture Trade Fair di Ibukota Iran, Teheran, pada Mei 2017. “Pameran ini dapat menjadi ajang showcase bagi produk unggulan industri hasil pertanian termasuk juga teknologi pertanian dari Indonesia,” ujarnya.
ANTARA