TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Riset NH Korindo Securities, Reza Priyambada, mengatakan sentimen potensi kenaikan suku bunga acuan The Fed dalam rapat FOMC minggu depan dan imbas kenaikan laju dolar Amerika Serikat masih menyelimuti pergerakan bursa saham global, yakni di Asia, Eropa, dan Amerika.
"Kian dekatnya pertemuan FOMC memberikan persepsi akan adanya kepastian kenaikan suku bunga The Fed nantinya. Sehingga direspons cukup positif untuk mengurangi ketidakpastian," kata Reza dalam pesan tertulis, Kamis, 9 Maret 2017.
Adapun di Asia, di sisi lain, pelaku pasar juga masih mengkhawatirkan peningkatan geopolitik di semenanjung Asia. Indeks Nikkei Jepang melemah meski terdapat rilis revisi kenaikan proyeksi pertumbuhan ekonominya. Meski demikian, kenaikan itu juga diimbangi dengan penurunan data current account dan coincident index.
Baca: Penerbangan ke Arab Tak Terbatas, Maskapai Bakal Tambah Frekuensi
Bursa Efek Australia, Australia Securities Exchange atau ASX, kembali melemah seiring aksi ambil untung atau profit taking setelah pelaku pasar mengesampingkan imbas dari tetapnya suku bunga RBA, yang diumumkan Reserve Bank of Australia.
Di sisi lain, Indeks Korea Stock Exchange atau KOSPI mampu berbalik menguat setelah pelaku pasar berharap adanya keputusan akan posisi Presiden Park yang sedang terkena kasus hukum. Adapun indeks saham Tiongkok cenderung mendatar seiring dengan respons atas rilis defisit neraca perdagangan, tapi HSI mampu bergerak positif.
Simak: Harga Emas Jatuh, Terpukul Data Tenaga Kerja AS
Di zona Eropa, pasca-melemah, laju bursa saham Eropa mampu berbalik positif. Indeks Pan-European Stoxx600 naik 0,08 persen dengan kenaikan pada saham-saham perbankan dan basic resources. Menurut Reza, semakin dekatnya pertemuan FOMC memberikan persepsi akan adanya kepastian kenaikan suku bunga The Fed. Sehingga hal tersebut direspons cukup positif oleh pasar untuk mengurangi ketidakpastian. Selain itu, rilis kenaikan industrial production Jerman dan Spanyol turut mengangkat indeks saham Eropa.
Di Amerika Serikat, pergerakan laju bursa saham Amerika masih dalam pelemahannya setelah pelaku pasar merespons negatif imbas terapresiasinya laju dolar Amerika dan membuat sejumlah harga komoditas mengalami pelemahan. "Saham Caterpillar dan Chevron mengalami pelemahan sehingga memberatkan indeks saham Amerika," tutur Reza.
Padahal, sebelumnya, pemerintah Amerika mengumumkan adanya kenaikan angkatan kerja di sektor private sebesar 298 ribu di atas estimasi 190 ribu. Namun, menurut Reza, data tersebut tampaknya belum cukup kuat mengangkat indeks saham Amerika.
DESTRIANITA