TEMPO.CO, Jakarta - Pembahasan perihal tarif perdagangan tidak hanya berlangsung antara Indonesia dan Sri Lanka pada hari ini, Rabu, 8 Mafret 2017. Presiden Joko Widodo menyampaikan bahwa dirinya juga membahas perjanjian pengaturan tarif dengan Presiden Afrika Selatan Jacob Gedleyihlekisa Zuma.
"Upaya peningkatan kerja sama perdagangan banyak dibahas. Kami sepakat untuk segera membahas penurunan hambatan tarif dan non tarif," ujar Presiden Joko Widodo saat memberikan keterangan pers di Istana Kepresidenan.
Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa pembahasan tarif tinggi dan non tarif ini tidak berlaku luas. Sebaliknya, pembahasan hambatan tarif dan non tarif akan berlaku bagi produk dan komoditi tertentu.
Baca: Arab Saudi-Indonesia Sepakati Penerbangan Unlimited
Secara terpisah, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyampaikan bahwa hal yang tengah dibahas antara Indonesia dan Afrika Selatan ini juga bisa disebut sebagai preferential trade agreement. Dengan kata lain, mengacu pada produk dan komoditi yang bersifat unggulan.
Pembebasan dari hambatan tarif tinggi tersebut, kata Retno, dilakukan karena banyak produk unggulan Indonesia yang susah masuk Afrika Selatan. Sebabnya, tarif atau bea yang tinggi. Jadi, harapan Indonesia, ke depannya produk atau komiditi unggulan Indonesia bisa masuk mudah ke Afrika Selatan dan sebaliknya.
Simak: Sokong Pertanian, Menteri Amran: Kami Bangun 30 Ribu Bendungan
"Kami melihat beberapa komiditi kita mendapatkan tarif yang cukup tinggi. Datanya ada dengan kita," ujar Retno.
Retno menambahkan bahwa pembahasan masalah tarif perdangan ini tidak bisa hanya dengan Presiden Zuma saja. Ia berkata, Southern African Customs Union yang beranggotakan Botswana, Lesotho, Namibia, Swaziland, dan Afrika Selatan.
"Mereka harus setuju dulu sebelum kemudian dilakukan pembicaraan. Kami akan mengidentifikasi produk ekspor kita yang menjadi unggulan untuk kemudian diturunkan (atau dibebaskan) tarifnya," ujar Retno yang menyebut hal ini untuk menaikkan competitivenes produk Indonesia di tengah kenaikan Afrika Selatan sebagai emergence countries.
ISTMAN MP