TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) berencana membangun Bendungan Temef di Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur, tahun ini. Bendungan tersebut digadang-gadang akan menjadi bendungan terbesar di NTT dengan daya tampung 81,15 juta meter kubik.
Seperti dikutip dari keterangan resmi Kementerian PUPR, Rabu, 1 Maret 2017, bendungan itu dibangun guna memenuhi kebutuhan jaringan irigasi seluas 6 ribu hektare. Selain itu, bendungan tersebut juga akan memenuhi kebutuhan air baku 0,13 meter kubik per detik serta menghasilkan listrik 2,8 megawatt.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono berharap, dengan dibangunnya bendungan baru itu dan tiga bendungan lain saat ini, NTT tidak lagi mengalami kekeringan. NTT memang dikenal sebagai provinsi yang sering kesulitan air untuk memenuhi kebutuhan permukiman perkotaan, peternakan, dan pertanian.
"Selama ini, masyarakat memenuhi sebagian besar kebutuhan air dari sumur bor yang dikelola PDAM dengan mesin pompa. Bahkan, di kawasan pedesaan, sebagian besar masyarakat belum terjangkau sistem perpipaan sehingga harus mengambil air dari sumbernya yang cukup jauh,” ujar Basuki.
Ketua Komisi Infrastruktur DPR Fary Djemy Francis mengatakan percepatan pembebasan lahan penting agar proyek pembangunan Bendungan Temef tidak terhambat. "Pemerintah Kabupaten Timor Tengah Selatan perlu melakukan langkah-langkah dan koordinasi bersama instansi terkait dengan pembebasan lahan," kata Fary.
Saat ini, Kementerian PUPR tengah menyelesaikan tiga bendungan baru di Nusa Tenggara Timur. Ketiga bendungan itu, yakni Bendungan Raknamo di Kupang dengan progres 87,11 persen, Bendungan Rotiklot di Belu 44 persen, dan Bendungan Napun Gete di Sikka 0,7 persen.
ANGELINA ANJAR SAWITRI