TEMPO.CO, Jakarta - PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) membutuhkan sekitar Rp 5 triliun pertahun untuk investasi pembangunan pelabuhan Tanjung Priok hingga 2020 mendatang.
Direktur Utama Pelindo II, Elvyn G. Masassya mengatakan pengembangan pelabuhan menelan dana sekitar Rp 46 triliun untuk membangun infrastuktur dan suprastruktur yaitu peralatan dan sistem.
Baca : Darmin Kesal Ketimpangan Indonesia Disebut Oxfam Terburuk
Namun, penggunaannya tidak sekaligus melainkan secara bertahap. “Setiap tahun kami mengeluarkan untuk contruction cost, termasuk tahun ini sekitar Rp 5,2 triliun untuk capex-nya yang kami siapkan untuk membangun proyek strategis. Tentu ada tahapan-tahapannya," kata Elvyn, Jumat 24 Februari 2017.
Untuk pembiayaan tersebut, Pelindo menggunakan kas internal dan pendanaan eksternal jika dibutuhkan. Salah satunya dengan menerbitkan surat utang atau melalui pinjaman perbankan.
Baca : Kunjungi Indonesia, Raja Arab Siapkan Investasi US$ 7 Miliar
Menurut Elvyn, kapasitas untuk seluruh terminal di Tanjung Priok saat ini sekitar 7 juta TEUs. Seiring pertumbuhan ekonomi, kebutuhan terminal baru juga meningkat. Dengan tiga terminal container yang masing-masing kapasitasnya 1,5 juta TEUs sehingga menjadi 4,5 juta TEUs, ditambah 7 juta TEUs jadi 11,5 juta TEUs.
Kapasitas sebesar ini dinilai cukup untuk mengakogmodasi pertumbuhan ekspor-impor barang melalui pelabuhan Tanjung Priok sampai lima tahun ke depan. “Di luar Tanjung Priok, kami juga mempunyai rencana membangun pelabuhan baru di Kijing, Kalimantan Barat," kata Elvyn.
Konektivitas, menurut Elvyn, harus mencakup Indonesia Bagian Barat hingga Timur. Indonesia bagian Timur membutuhkan pelabuhan bertaraf internasional yang besar. Akses masuk-keluar barang lebih mudah ke Indonesia bagian Timur melalui Pelabuhan Kijing dengan kapasitas perkiraan 2,5 juta TEUs.
SWA.CO.ID