TEMPO.CO, Jakarta - PT Pertamina (Persero) menyatakan bentuk kemitraan dalam pembangunan kilang Bontang akan berbentuk konsorsium. Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia PT Pertamina, Rachmad Hardadi, mengatakan untuk pembangunan kilang ini mereka tak hanya memilih satu mitra. “Partner yang dipilih nanti mungkin bukan cuma satu, bisa dari konsorsium," katanya saat ditemui di kantor pusat Pertamina, Jakarta Pusat, Jumat 24 Februari 2017.
Menurut Rachmad, dalam bentuk konsorsium nanti artinya akan ada mitra yang memasok minyak mentah (crude oil) dan ada juga yang akan memasok modalnya. Dia mengungkapkan kesempatan ini juga terbuka bagi investor dalam negeri.
Baca : Menteri Darmin Beri Arahan Dirut Baru BPDP Sawit
Rachmad bercerita jika saat pembangunan kilang Tuban, Pertamina mencari mitra yang memiliki pengalaman membangun kilang di dalam negeri dan luar negeri, memiliki permodalan yang kuat, dan memiliki reputasi yang baik.
Selain itu, pembangunan kilang Bontang membutuhkan biaya lebih murah US$ 3 miliar (Rp 39,9 triliun) dibandingkan biaya pembangunan kilang Tuban. Alasannya karena di Bontang sudah tak perlu lagi membangun berbagai sarana, seperti pemukiman, bandara, sekolah, dan tempat ibadah.
Menurut Rachmad, estimasi pembangunan kilang Bontang berada di kisaran US$ 10-12 miliar (Rp 133 triliun – Rp 159 triliun), sedangkan kilang Tuban estimasinya antara US$ 12-15 miliar (Rp 159 triliun – Rp 199 triliun). "Jadi ya lebih murah dari Tuban," ujar dia.
Baca : Pertamina dan Telkom Join Produk Indihome-Enduro
Sementara SVP Business Development PT Pertamina, Iriawan Yulianto, mengatakan konsorsium tersebut akan dipimpin oleh mitra strategis, yang dipilih Pertamina pada April nanti. Nantinya secara bergelombang akan masuk mitra-mitra baru untuk konsorsium itu.
DIKO OKTARA