TEMPO.CO, Jakarta - Analis Bina Artha Sekuritas, Reza Priyambada, memprediksi rupiah akan cenderung berbalik arah untuk menguat pasca-pemilihan kepala daerah pada Rabu lalu. Hal itu terjadi karena laju dolar Amerika Serikat kembali melemah di pasar valuta asing Asia.
Menurut Reza, data ekonomi Amerika yang cukup baik membuat dolar melemah. Selain itu, melemahnya dolar disebabkan oleh belum pastinya kenaikan suku bunga bank sentral Amerika atau Fed Fund Rate yang disampaikan The Fed, meskipun terdapat sinyal akan adanya kenaikan.
Baca: BI Waspadai Kenaikan Fed Rate Maret
"Kondisi tersebut tentu saja dimanfaatkan rupiah untuk kembali bergerak positif. Diperkirakan rupiah akan bergerak pada kisaran support 13.313 dan resisten 13.289," ujar Reza dalam keterangan tertulisnya, Jumat, 17 Februari 2017.
Di sisi lain, menurut Reza, dipertahankannya 7-days Reverse Repo Rate di level 4,75 persen turut memberikan imbas positif bagi laju rupiah. "Rilis Badan Pusat Statistik terkait dengan terapresiasinya rupiah sepanjang Januari sebesar 0,65 persen dan surplusnya neraca perdagangan Januari turut direspons positif."
Pasar juga merespons positif hasil rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia terhadap kondisi ekonomi yang masih cukup tahan dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi global. "Tapi tetap perlu dicermati imbas data-data ekonomi lain serta antisipasi terhadap perubahan arah rupiah," tutur Reza.
ANGELINA ANJAR SAWITRI