TEMPO.CO, PONTIANAK - Pemerintah Kota Pontianak kewalahan dalam memenuhi permintaan konsumsi ikan lele, nila dan emas di pasar ritel, rumah makan dan restoran. Tingginya permintaan ini mendorong kelompok usaha nelayan dan masyarakat mandiri guna memproduksi ketiga komoditas perikanan tersebut.
Baca : Belanda Borong Komoditas Ini Berton-ton dari Sulawesi Utara
Kepala Dinas Pangan, Pertanian dan Perikanan Pontianak M. Bintoro mengatakan pasokan untuk pasar ritel, rumah makan dan restoran masih sepenuhnya dihasilkan dari pembibitan Balai Benih Ikan (BBI) Parit Mayor.
“Kami sedang mendorong, produksi ikan air tawar tidak hanya dari BBI saja tapi membina para nelayan dan masyarakat yang ingin membuat kolam atau terpal di sekitar rumahnya sehingga bisa memproduksi ikan air tawar secara mandiri,” kata Bintoro seperti dikutip laman bisnis.com, Rabu 15 Februari 2017.
Bintoro mengatakan, permintaan tertinggi ketiga ikan tersebut berasal dari pemilik rumah makan, restoran dan pasar modern dengan total ada 628 outlet. Total memesan ikan lele, nila dan atau sebanyak 500 kilogram -600 kilogram ikan per hari atau rerata mencapai 5.000 kilogram per bulan.
Baca Juga:
Baca : Pengembangan Maritim, Wali Kota Risma Gandeng Korea Selatan
Pasokan ikan tawar yang belum optimal untuk memenuhi konsumsi masyarakat Kota Pontianak terkendala dengan terbatasnya jumlah kolam air tawar di sentra BBI Parit Mayor yang memiliki area pembudidayaan ikan mencapai 1,8 Hektare (Ha).
“Ada 3 kolam penampungan air yang sudah disterilkan untuk menampung air sungai Kapuas, masih kurang kolam lagi karena kami memiliki ribuan benih ikan lele, nila dan mas. Kami masih ingin mengembangkan lagi bibit-bibit ikan tersebut,” tuturnya.
Adapun benih ikan lele, kata Bintoro, saat ini sebanyak 8.000 ekor dengan 20 ekor indukan, sementara ikan nila ada 2 indukan dengan jumlah benih sebanyak 30 ribuan ekor dan ikan mas sebanyak 15 ribuan ekor benih dengan 12 indukan.
Hasil dari pembenihan itu, lanjutnya, kemudian dijual kepada kelompok masyarakat yang mengembangkan usaha pembesaran benih secara mandiri dengan harga bervariasi mulai dari Rp200 per ekor dengan panjang antara 2-3 sentimeter dan Rp250 per ekor dengan panjang 5-7 sentimeter.
“Supaya nelayan tidak tergantung dengan ikan tangkapan laut maka kami membentuk kelompok usaha petani (KUP) nelayan yang bisa menghasilkan ikan air tawar selain masyarakat bukan berprofesi sebagai nelayan. Ada 27 KUP nelayan yang aktif punya kolam ikan air tawar saat ini,” ucapnya.
BISNIS.COM