TEMPO.CO, Jakarta - Produsen bahan bangunan asal Jerman, HeidelbergCement, yang merupakan induk usaha PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP), melaporkan penurunan pendapatan pada kuartal IV 2016 sebesar 4 persen. Penurunan itu akibat cuaca buruk yang melanda wilayah selatan Jerman, sebagian Amerika Utara, dan melemahnya penjualan di pasar Indonesia.
Seperti dilaporkan Kantor Berita Reuters, Rabu 14 Februari 2017, pendapatan HeildelbergCement pada kuartal IV 2016 turun menjadi 4,24 miliar euro (US$ 4,5 miliar) atau setara Rp 59,79 triliun. Angka itu di bawah estimasi para analis yang sebesar 4,5 miliar euro. Laba usaha sebelum depresiasi naik 2 persen menjadi 818 juta euro atau di bawah konsensus analis yang sebesar 847 juta euro.
Baca: Satelit Telkom 3S Mengorbit, 30 Persen Kapasitas Disewakan
Chairman HeidelbergCement, Bernd Scheifele, mengatakan pertumbuhan ekonomi di Asia Pasifik melambat pada 2016. Di Indonesia, penundaan realisasi pembangunan proyek infrastruktur, utamanya di Pulau Jawa mengakibatkan pelemahan permintaan dan harga jadi tertekan karena kelebihan kapasitas. “Unit usaha kami Indocement mampu mempertahankan pangsa pasarnya. Namun tekanan kompetisi juga datang dari Thailand,” ungkapnya dalam keterangan tertulisnya.
Sebagai akibat dari penurunan penjualan di pasar Indonesia dan Thailand, serta menurunnya permintaan di Malaysia, kata Scheifele, pendapatan dan laba operasi perusahaan dari grup bisnis di Asia Pasifik juga menurunan. “Penurunan harga di Indonesia bisa dihentikan pada akhir tahun,” ujarnya.
Sepanjang 2016 pendapatan HeidelbergCement turun 2 persen menjadi 15,1 miliar euro atau setara dengan Rp 212,2 triliun dibandingkan 2015.
Baca: Jasa Marga Bangun 51 Gerbang Tol Baru
Pada periode Januari-September 2016, Indocement mencatatkan pendapatan turun 11,9 persen menjadi Rp 11,34 triliun dibandingkan periode yang sama di 2015 yang sebesar Rp 12,88 triliun. Laba kotor perusahaan anjlok 17,8 persen menjadi Rp 4,7 triliun dan laba bersih turun 1,1 persen menjadi Rp 3,13 triliun. Pada periode Januar-Oktober 2016, Indocement mencatatkan pangsa pasar 26,1 persen.
Selain Indocement, tiga besar pemain di industri semen nasional adalah PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) yang membukukan pangsa pasar 41,8 persen dan PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB) dengan pangsa 13,9 persen untuk periode Januari – Oktober 2016.
Sepanjang tahun lalu, total volume penjualan semen domestik dan ekspor naik tipis 0,9 persen dari 63,0 juta ton di 2015 menjadi 63,59 juta ton di 2016. Analis Senior dari PT Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada, mengatakan belum pulihnya pertumbuhan di sektor properti dan masih berjalannya proyek-proyek konstruksi membuat permintaan semen masih relatif rendah. Akibatnya penjualan semen cenderung menurun.
Baca: 2019, Rasio Elektrifikasi Ditargetkan 100 Persen
“Kami mencatat emiten-emiten semen yang memiliki pangsa pasar besar cenderung mengalami penurunan penjualan," kata Reza.
Sepanjang tahun lalu, Semen Indonesia mencatatkan volume penjualan turun tipis 0,5 persen menjadi 26,3 juta ton. Tidak berbeda volume penjualan Indocement turun 3,1 persen menjadi 16,43 juta ton.
DESTRIANITA | ABDUL MALIK