TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia bersiap mengekspor beras segera mungkin karena sudah bisa swasembada beras kembali, di mana produksi mengalami surplus dan sudah tak lagi mengimpor beras. Tahun lalu, produksi padi nasional mencapai 79,17 juta ton atau di atas target 72 juta ton.
"Jadi memang sudah surplus beras sehingga memang ada rencana ekspor. Dewasa ini ekspornya sedang penjajakan dan negara tujuannya sudah ada, tapi nanti saja diinformasikan," kata Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman di Medan, Kamis, 9 Februari 2017, seusai Rapat Koordinasi Percepatan Luas Tambah Tanam Padi, Jagung, dan Kedelai dengan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, Komando Daerah Militer I Bukit Barisan, dan Pemerintah Kabupaten/Pemerintah Kota di Medan.
Dia menegaskan, Indonesia sebelumnya sudah mengekspor beras organik kelima negara, antara lain Belgia. "Jadi memang akan ada ekspor beras biasa. Tunggu saja."
Menurut dia, dengan mengekspor beras, Indonesia akan makin dikenal dan bahkan menjadi lumbung pangan dunia.
Dia juga menyebutkan, dengan tidak mengimpor beras, Indonesia sudah untung Rp 10 triliun pada 2016.
Dari sisi petani, produksi padi yang meningkat sampai 79, 17 juta ton dan harga jual gabah sekitar Rp 4.000 per kilogram, maka penghasilan petani menjadi Rp 51,36 triliun.
"Jadi swasembada dan surplus bahkan ekspor beras harus dilakukan Indonesia dan untuk itu semua daerah harus mengejar target swasembada," kata Andi Amran.
Namun dia mengakui ada upaya agar pemerintah membuka keran impor untuk menekan harga gabah di pasar. "Tetapi jangan mimpi keran impor dibuka pemerintah sepanjang petani bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri. Walau diakui memang sulit menekan impor," katanya.
ANTARA