TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati optimistis investasi pada tahun ini akan lebih baik dibanding tahun lalu. “Dari sisi investasi mungkin masih di bawah 5 persen. Ini salah satu pekerjaan rumah kami untuk diperbaiki di 2017,” ujarnya, Selasa, 7 Februari 2017.
Baca: Amnesti Pajak, Pernyataan Harta Capai Rp 4.355 Triliun
Menurut Sri Mulyani, ada beberapa faktor, salah satunya beberapa hasil rapat dari Komite Stabilitas Sistem Keuangan, Otoritas Jasa Keuangan, dan Bank Indonesia, yang menyebutkan, dari sisi perbankan, ada proyeksi pertumbuhan kredit yang lebih tinggi. Hal tersebut, kata dia, merupakan tanda sumber investasi.
“Kemudian, dari sisi capital market, selama percaya diri, serta makrofundamentalnya terjaga, dan relatif mampu terjaga momentumnya, kapitalisasi pasar masih memiliki momentum yang positif,” kata Sri Mulyani.
Baca: Sri Mulyani Harapkan Ekspor Tumbuh Positif pada 2017
Suntikan modal dalam bentuk penempatan modal negara di beberapa perusahaan negara diharapkan menunjukkan hasil pada tahun ini. Meski demikian, dari sisi eksternal, investasi mungkin juga akan terganggu oleh sentimen dari eksternal, seperti kenaikan suku bunga The Fed atau Fed Fund Rate (FFR). “Kami berharap dari penanaman modal asing dan penanaman modal dalam negeri menjadi kontributor positif,” ujar Sri Mulyani.
Selama ini, kata dia, kondisi sudah cukup baik, meskipun dalam situasi ekonomi yang sebetulnya secara eksternal kurang baik. “Tapi appetite investor tetap rowbust.”
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis pertumbuhan ekonomi pada kuartal keempat 2016 sebesar 4,94 persen. Dengan demikian, secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi Indonesia selama tahun lalu sebesar 5,02 persen. Sri Mulyani memandang performa pada 2017 masih akan memberikan sinyal positif bagi kinerja ekonomi. Pemerintah, kata dia, akan berusaha bekerja keras dan memperbaiki berbagai macam isu yang bersifat fundamental.
Ekonom PT Mandiri Sekuritas, Leo Putera Rinaldy, mengatakan kinerja ekonomi perlu mewaspadai ketidakpastian politik menjelang pelaksanaan pemilihan umum kepala daerah. “Terutama pemilihan di Jakarta. Dampaknya bisa mengganggu kepercayaan investor pada kuartal pertama dan kedua 2017,” ujarnya dalam hasil riset yang dipublikasikan kemarin.
Menurut dia, pemerintah perlu segera memenuhi dan merealisasi paket kebijakan untuk mendorong iklim investasi. Risiko lain terhadap laju ekonomi tahun ini adalah tentang harga komoditas yang bisa memberi dua dampak yang kontras, seperti batu bara dan minyak kelapa sawit (CPO).
DESTRIANITA | ABDUL MALIK