TEMPO.CO, Jakarta - PT Antam (Persero) Tbk membangun perusahaan tambang di Halmahera senilai Rp3,5 triliun yang pembiayaannya bersumber dari dana Penyertaan Modal Negara (PMN).
SVP Corporate Secretary PT Antam Trenggono Sutioso mengatakan untuk tahap pertama tambang tersebut akan menghasilkan 13.500 ton feronikel/tahun, sedangkan kebutuhan listriknya mencapai 80 MW.
“Pemenuhan listriknya nantinya kami sinergikan dengan BUMN lainnya,” ujarnya di Malang, Senin (6 Februari 2017).
Pola kerja sama dengan BUMN lainnya, dia akui, masih dirancang. Bisa saja nanti BUMN yang berminat akan menyertakan modal, bisa pula dalam bentuk sinergi lainnya.
Nantinya, diharapkan produksi feronikel dari pabrik tersebut mencapai 40.000 ton/tahun. Dengan demikian kebutuhan listriknya juga menyesuaikan.
Pengembangan produksi nikel dari pabrik tersebut, masih belum tahu pendanannya. Bisa saja nanti memperoleh dari PMN juga.
Untuk tambang nikel Pomala, Sulawesi Tenggara, kata dia, akan ditingkatkan produksinya dari 18.000 ton-20.000 ton/tahun menjadi 27.000 ton-30.000 ton/tahun feronikel.
Pengembangan tambang nikel tersebut masih dalam kajian, seperti pembuatan detailed engineered design dan lainnya. Karena itulah kebutuhan biaya pengembangan masih belum diketahui. Termasuk skema pendanaannya. Namun dia memastikan tahun ini pengerjaan perluasan tambang akan direalisasikan.
Menurut dia, nikel produksi PT Antam semuanya untuk memenuhi kebutuhan ekspor. Negara-negara pengimpor nikel dari PT Antam seperti Korea Selatan, Tiongkok, dan Taiwan.
Selama ini, semua produksi nikel PT Antam diserap pasar ekspor. Nikel merupakan bahan utama dari stainless steel.
Dengan demikian, kata dia, tingginya rendahnya permintaan nikel sangat bergantung pada perekonomian dunia.
Intinya, jika perekonomian dunia tumbuh, terutama di negara-negara tujuan ekspor nikel dari PT Antam, maka permintaan justru akan naik. Begitu juga sebaliknya.
Seperti diketahui, komoditas feronikel yang dihasilkan Antam memiliki kadar karbon tinggi atau kadar karbon rendah sesuai permintaan konsumen.
Jumlah cadangan dan sumber daya bijih nikel saprolit Antam per 31 Desember 2012 mencapai 361,3 juta wet metric tons (wmt) dan sumber daya limonit mencapai 464 juta wmt untuk limonit.
Jumlah ini mencukupi untuk memenuhi kebutuhan Antam selama beberapa dekade ke depan pada tingkat ekstraksi saat ini. Meski Antam memiliki jumlah bijih nikel yang cukup untuk memenuhi kebutuhan proyek-proyek ekspansi nikelnya, untuk memperpanjang usia cadangan yang dimiliki Antam dapat membeli bijih nikel dari pihak ketiga untuk melengkapi cadangan dan sumber daya yang dimiliki.
Tambang bijih nikel Antam berada di Pomalaa, Tanjung Buli dan Tapunopaka. Pomalaa yang berlokasi di Sulawesi Tenggara merupakan tambang nikel tertua sementara Tapunopaka yang merupakan tambang emas terbaru Antam juga berlokasi di Sulawesi Tenggara. Tambang nikel Tanjung Buli berlokasi di Maluku Utara.