TEMPO.CO, Jakarta - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) memprediksi pasokan minyak dan gas untuk kebutuhan energi pada 2025 akan berkurang. Pemerintah diminta segera menentukan langkah antisipasi.
Kepala Bagian Hubungan Masyarakat SKK Migas Taslim Z. Yunus mengatakan total kebutuhan migas pada 2025 sebesar 3,5 juta barrel of oil equivalent. Saat ini, kemampuan produksi migas hanya sekitar 2 juta barrel of oil equivalent. "Dengan eksplorasi dan drilling yang sangat sedikit, kemampuan produksi akan semakin menurun," kata dia dalam acara Ngobrol @Tempo di Hotel Aryaduta, Jakarta, Selasa, 31 Januari 2017.
Berdasarkan kajian SKK Migas, produksi migas pada 2025 diperkirakan hanya 1,5 juta barrel of oil equivalent. Dengan rincian 900 ribu barel gas dan 600 ribu barel minyak. "Artinya, ada gap 2 juta barrel of oil equivalent dengan kebutuhan," kata dia.
Taslim mengatakan kekurangan pasokan migas bisa dipenuhi melalui peningkatan kegiatan eksplorasi atau impor. Menurut dia, pemerintah harus segera menentukan pilihan pemenuhan pasokan. Pasalnya, hanya tersisa delapan tahun lagi menuju 2025.
Taslim mengatakan kedua pilihan berisiko. Pemenuhan pasokan melalui produksi dalam negeri butuh waktu yang lama. Waktu yang dibutuhkan sejak pencarian cadangan hingga produksi mencapai bisa sampai 15 tahun. Contohnya saja Blok Cepu yang ditemukan pada 2001 tapi baru produksi penuh pada 2016.
Sedangkan impor bisa menghilangkan dampak berlipat investasi di hulu migas. Taslim mengatakan Rp 1 miliar yang diinvestasikan di dalam negeri bisa menghasilkan Rp 1,6 miliar output ekonomi. Selain itu, ada tambahan 700 juta bagi PDB dan tambahan 20 persen bagi ekonomi rumah tangga. "Ada tambahan lapangan pekerjaan yang besar juga," katanya.
VINDRY FLORENTIN