TEMPO.CO, Jakarta - Analis pasar modal optimistis laporan kinerja keuangan perusahaan tercatat atau emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun buku 2016 akan menorehkan hasil positif seiring dengan perekonomian nasional.
"Riwayat ekonomi pada 2016 lalu cukup kondusif dan diproyeksikan dapat tumbuh sebesar lima persen atau lebih baik dari tahun sebelumnya, kondisi itu yang akan berpengaruh positif pada kinerja emiten," ujar analis Danareksa Sekuritas Lucky Bayu Purnomo di Jakarta, Jumat, 27 Januari 2017.
Baca:
Sri Mulyani Mendadak Temui Pimpinan DPR, Ada Apa?
KPPU: Holding BUMN Jangan Lahirkan Monopoli
Menurut dia, kinerja emiten yang positif akan terefleksi ke pergerakan sahamnya yang akhirnya dapat mendorong indeks harga saham gabungan (IHSG) untuk melaju lebih tinggi. "Pada 2016, IHSG mencatatkan pertumbuhan sebesar 15,32 persen itu merupakan refleksi optimis dari investor terhadap kinerja emiten. Sejak awal 2017 hingga saat ini, IHSG juga masih naik meski tipis sebesar 0,30 persen," katanya.
Di pasar modal, laporan keuangan perusahaan memiliki fungsi yang strategis karena digunakan untuk menilai kinerja perusahaan-perusahaan yang sahamnya tercatat dan diperdagangkan di BEI.
Simak:
Ini Prioritas Indonesia dalam Forum G20 Juli Mendatang
Pemda Sambut Positif Hak Pengelolaan Migas 10 Persen
"Laporan keuangan perusahaan juga mencerminkan fundamental perusahaan sehingga informasi tersebut dapat memberikan landasan bagi investor untuk berinvestasi," kata Lucky.
Pengamat pasar modal dari Samuel Sekuritas Muhamad Alfatif menambahkan bahwa ekspektasi positif dari laporan keuangan emiten 2016 tidak terlepas dari ekonomi Indonesia yang tumbuh seiring dengan harga komoditas yang masuk dalam tren kenaikan.
"Ekonomi kita banyak dipengaruhi harga komoditas itu. Sehingga laporan keuangan yang sedang kita tunggu kemungkinan akan bagus," katanya.
Salah satu emiten yang telah merilis kinerja tahunannya, yakni PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI). Tercatat, perseroan meraup pertumbuhan tahunan laba sebesar 25,1 persen pada 2016 menjadi Rp11,3 triliun.
"Jika berbicara laba, itu ditopang pendapatan bunga bersih (Net Interest Income/NII) yang sebesar 17,4 persen, dan pendapatan non bunga 23,1 persen," kata Wakil Direktur Utama BNI Suprajanto dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis, 26 Januari 2017.
Suprajanto mengklaim perolehan laba yang tumbuh di atas 20 persen tersebut menunjukkan kinerja unggul BNI dibanding rata-rata industri perbankan.
ANTARA