TEMPO.CO, Jakarta – Bursa Efek Indonesia (BEI) membangun ruang untuk membantu pengembangan perusahaan rintisan (startup) serta usaha kecil dan menengah (UKM). Ruang yang diberi nama IDX Incubator itu terletak di lantai 16 Mandiri Tower I, Plaza Bapindo, Jakarta.
Direktur Utama BEI Tito Sulistio mengatakan IDX Incubator akan digunakan sebagai tempat belajar bagi perusahaan startup dan UKM. BEI menyediakan program pembinaan agar mereka bisa berkembang. “Seperti seorang bayi di inkubator yang mendapatkan bantuan untuk tumbuh berkembang,” katanya di Plaza Bapindo, Jakarta, Kamis, 26 Januari 2017.
Kepala Divisi Privatisasi, Startup, dan Foreign Listing BEI Saptono Adi Junarso mengatakan pembinaan yang diberikan meliputi pendampingan (mentorship), ruang kerja bersama, serta akses untuk mendapatkan pembiayaan. “Kami akan membuat event untuk mempertemukan perusahaan dengan investor,” katanya. Selain itu, BEI menyediakan kelas berisi materi yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
Sapto mengatakan IDX Incubator dibuka untuk semua level usaha. Syarat mengikuti program pembinaan tersebut adalah memiliki tim yang paling banyak berjumlah empat orang. Tim harus memiliki konsep yang akan dikembangkan.
Syarat lainnya adalah membayar biaya pembinaan. Sapto mengatakan tarifnya masih belum ditentukan. “Tapi berkisar Rp 750 ribu–1 juta,” kata Sapto.
Biaya tersebut mencakup pembinaan, akses ke investor, ruang kerja, ruang istirahat, dan loker. Selain itu, peserta bisa menikmati Internet berkecepatan tinggi dan makan siang siap saji.
Pendaftaran peserta pembinaan di IDX Incubator mulai dibuka Senin, 31 Januari 2017 melalui website. Sapto mengatakan alamat website akan diumumkan dalam waktu dekat.
Proses seleksi peserta akan dilaksanakan pada Februari 2017. Sapto mengatakan seleksi dilakukan komite independen. Komite juga akan bertanggung jawab mengevaluasi perkembangan peserta. “Komite tersebut saat ini masih disusun,” tuturnya.
Pembinaan akan berjalan pada Maret 2017. Menurut Sapto, peserta akan dibina selama enam bulan. Setelah dibina, peserta diharapkan bisa berkembang bahkan bisa melantai di bursa.
Sapto mengatakan tidak mudah bagi perusahaan startup untuk go public. Salah satunya berkaitan dengan valuasi aset perusahaan. “Valuasi perusahaan startup sedikit berbeda dengan perusahaan biasa,” kata dia. Selain itu, tidak ada standar valuasi. Sapto mengatakan valuasi perusahaan startup memiliki metode berbeda-beda.
Untuk itu, Sapto mengatakan, pasar dan regulasinya perlu disiapkan agar perusahaan startup bisa masuk ke pasar modal. Pekerjaan lainnya adalah memberikan pengetahuan kepada investor mengenai perusahaan startup. “Mereka harus memberikan awareness ke investor, stakeholders, tentang ini.”
VINDRY FLORENTIN