TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla memerintahkan agar jumlah perlintasan sebidang dikurangi. Dia merasa di sepanjang jalur kereta api Jakarta-Surabaya memiliki terlalu banyak perlintasan sebidang.
“Ada 980 persimpangan di Jakarta-Surabaya. Kalau setiap 1 kilometer ada satu perlintasan sebidang, terlalu banyak juga,” kata Jusuf Kalla saat ditemui dalam sebuah seminar di Hotel Borobudur, Jakarta, Kamis, 26 Januari 2017.
Kalla bercerita, sewaktu dia naik kereta dari Yogyakarta ke Jakarta memakan waktu 8 jam. Dia merasa waktu itu terlalu lama. Ternyata memang karena perlintasan sebidang dan karena kecepatan kereta api untuk VIP memang dikurangi.
Baca: Kalla: Berpikirlah Positif Seperti Go-Jek, Grab, dan Uber
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono mengatakan pemerintah sedang bekerja sama dengan Jepang untuk membereskan perlintasan sebidang. Dari survei yang sudah dilakukan, diketahui akan dibangun 1.000 overpass atau jembatan layang.
Kebutuhan pembangunan overpass untuk mengatasi perlintasan sebidang, kata Basuki, akan dibangun di perlintasan sebidang di jalan selepas keluar tol Brebes, Jawa Tengah. Di sana, dalam satu hari, ada 72 kereta api melintas. “Mudah-mudahan Juni bisa digunakan, untuk memperlancar transportasi,” kata Basuki.
Namun, mengenai proyek ini, kewenangan berada di Kementerian Perhubungan. Basuki menjelaskan, penghilangan perlintasan sebidang merupakan bagian dari kesepakatan dengan Jepang dalam proyek kereta semi-cepat Jakarta-Surabaya.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyatakan ada dua opsi menyelesaikan perlintasan sebidang. Pertama, dengan membangun overpass dan menghentikan perlintasan sebidang. Kemudian, kedua adalah dengan dibikin jalan elevated.
Baca: Musim Mudik Lebaran, KAI: Waspadai Lintasan Sebidang
Menurut Budi, pembangunan jalan elevated di sepanjang jalur kereta Jakarta-Surabaya bisa menyelesaikan masalah itu. Namun untuk opsi elevated tersebut biayanya mahal. “Kami memberikan kesempatan kepada Jepang sampaikan proposal itu (elevated), syukur bisa dilakukan swasta,” ucapnya.
Perlintasan sebidang memang cukup membahayakan. Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia Edy Sukmoro mengatakan kecelakaan terjadi setiap dua hari akibat perlintasan sebidang. “Harus dihilangkan secara bertahap,” tuturnya.
Selain karena berbahaya, penghilangan perlintasan sebidang bisa membuat kecepatan perjalanan kereta api kembali maksimal. Selama ini, kata Edy, kecepatan kereta api masih belum maksimal. “Perlintasan hilang, kecepatan kami kembali.”
DIKO OKTARA